Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Sunday 12 September 2021

Resep Singkong Keju

Seneng banget hari ini. Bisa nyempetin bikin cemilan dalam waktu singkat, karena harus kejar-kejaran sama ngasuh bayi, dan hasilnya syukses! 🥰

Suka nggak tega saya tuh, kalau ada mamang yang mikul jualan keliling komplek. Ga tega kalau ga beli. Karena untuk menuju komplek rumah kami tuh harus turun lembah terjal, lalu pulangnya pasti harus nanjak. Kebayang kan kalau mamang yang mikul jualannya udah keliatan berumur, ngangkat jualan berat-berat sambil nanjak, trus jualannya ga ada yang beli. 😢 

Jadi selama ada rejeki dan kesempatan, saya dan pak suami berusaha buat ngelarisin dagangannya sebisanya. Paling nggak bisa buat ngurangin bebannya waktu nanjak nanti.

Kali ini mamang yang jualan, bawa sampeu alias ketela pohon alias singkong. Jadi weh dibikin cemilan asik singkong keju.

Resep Singkong Keju


Bahan :

Singkong
Bawang putih
Garam
Minyak untuk menggoreng
Keju parut/ bubuk keju untuk taburan

Cara membuat :

1. Cuci singkong, sikat supaya bersih dari tanah.
2. Kupas, potong-potong sesuai selera.
3. Rebus sampai empuk seluruhnya. Bisa dipresto supaya lebih cepat. 
4. Rendam singkong rebus yang sudah empuk dalam air es yang sudah dibumbui garam dan bawang putih halus. Jika tidak ada air es, bisa juga pakai air biasa lalu dimasukkan kulkas selama beberapa lama. Diamkan sampai merekah dan bumbu meresap.
5. Goreng singkong dengan api kecil sampai berwarna keemasan dan mereka berserabut seperti taburan keju parut.
6. Boleh ditambahkan taburan keju parut atau keju bubuk, menurut selera.
7. Singkong keju siap dinikmati hangat-hangat 🥳

Tips :

- Untuk mempersingkat waktu merebus singkong, gunakan presto. Kira-kira hanya perlu waktu 5-10 menit sampai singkongnya empuk. Lama merebus tergantung juga pada jumlah singkong yang direbus.
- Simpan singkong rebus bersama air bumbu di kulkas.
- Singkong rebus yang rontok saat direndam, jangan dibuang karena jika digoreng, bentuknya bisa jadi berserabut seperti keju parut untuk taburan saat disajikan 🤩

***
Intip resep lainnya di sini >>>

Kumpulan Resep Snack

Kumpulan Resep Andalan



Share:

Wednesday 19 May 2021

Bubur Daging Wortel

Untuk usia bayi 5 bulan ke atas.

Recooked by me from original recipe : Dagmar von Camm (Kochen für Kinder). Review bukunya ada di sini.

Resep aslinya pakai daging rusa 😅 Saya ganti daging sapi sesuai kearifan lokal.

Bahan :

1 butir telur Ayam, rebus, dinginkan, kupas, iris kasar
1 buah kentang kecil (sekitar 50 gram), cuci, kupas, potong dadu
200 gram wortel, kupas, cuci, iris tipis
1/2 buah apel berukuran sedang, kupas cuci, potong dadu
375 ml sari wortel
50 gram daging sapi, cuci, blansir, potong dadu
Butter dan minyak untuk menumis

Cara memasak :

1. Lelehkan butter bersama sedikit minyak, lalu tumis daging sapi sampai berubah warna. Tambahkan wortel, tumis sampai layu.
2. Masukkan sari wortel, kentang, dan apel. Pastikan semua bahan terendam. Jika perlu tambahkan air. Rebus sampai matang dan wortel menjadi lunak.
3. Blender bersama telur.
4. Sajikan sebanyak 1 porsi, simpan sisanya ke dalam plastik klip. Satu plastik satu porsi. Simpan di freezer. Hangatkan ketika hendak diberikan kepada baby dengan cara dikukus.

***
Intip resep lainnya di sini >>>


Share:

Tuesday 11 May 2021

Bubur MPASI Kentang Wortel, Rasa Apel


Untuk usia bayi 5 bulan ke atas.

Recooked by me
Original Recipe : Dagmar von Camm (Kochen für Kinder). Review bukunya ada di sini.

Saya dapat resep ini, waktu si sulung hampir 2 tahun usianya. Belum punya adik. Buku resepnya sengaja saya simpan baik-baik, dan berniat untuk coba recook untuk MPASI adiknya suatu hari nanti. Dan kejadian.

Recook untuk adiknya saya buat, dengan ingredients sama, tapi gramasi kira-kira aja, alias barbar. Untungnya tetap enak dan dilahap habis.

Sekarang adiknya sudah punya adik lagi, Nabila namanya. Untuk Nabila, saya buatkan bubur ini dengan gramasi sesuai resep. Rasanya? Lebih enak. 😄 

Ini resepnya.

Bahan :

50 gram kentang, cuci, tidak usah dikupas
100 gram wortel, kupas, cuci, potong tipis
1 sdt butter
20 gram daging sapi, cuci, blansir, cincang kasar
1 sdm sari apel (apel diblender, lalu saring)

Cara memasak :

1. Rebus kentang hingga matang seluruhnya (lunak). Tiriskan, kupas, potong-potong. Press dengan alat press kentang.
2. Lelehkan butter. Tumis daging sapi hingga berubah warna. 
3. Masukkan wortel, tumis sampai layu. 
4. Tambahkan air sampai terendam seluruhnya. Masak hingga daging matang dan wortel lunak. Tambahkan air jika kurang.
5. Jika sudah matang, tunggu hingga suam-suam kuku, lalu pindahkan ke blender. 
6. Campurkan bubur no. 5 dengan kentang yang sudah di-press dan sari apel.
5. Sajikan sebanyak 1 porsi, simpan sisanya ke dalam plastik klip. Satu plastik satu porsi. Simpan di freezer.

***
Intip resep lainnya di sini >>>


Share:

Monday 10 May 2021

Bubur MPASI Sup Krim Jagung


Dalam rangka mengenalkan Nabila dengan berbagai jenis karbohidrat, kali ini dipilihlah jagung.

Bahan :

(perbandingan protein : karbohidrat : sayuran = 2 : 2 : 1)

1 butir telur ayam
Daging ayam, blansir, potong dadu
Jagung, pipil
Wortel, kupas, cuci, potong dadu
Tomat, cuci, potong dadu
Tepung maizena

Bumbu, secukupnya :

Bawang bombay, iris tipis
Daun bawang dan seledri, iris tipis
Margarin/ butter/ mentega 

Cara memasak :

1. Lelehkan margarin/ butter/ mentega
2. Tumis bawang bombay sampai harum. Masukkan ayam. Tumis sampai ayam berubah warna.
3. Masukkan wortel, tumis sampai layu. 
4. Masukkan jagung dan tomat. Tumis sampai layu.
5. Tambahkan air secukupnya. Biarkan sampai mendidih dan semua bahan matang.
6. Masukkan daun bawang dan seledri. Lalu masukkan telur ayam, orak arik sampai matang. 
5. Di gelas, larutkan tepung maizena dalam air matang. Tambahkan ke dalam sup. Aduk rata sampai kuah mengental.
6. Blender.
7. Saring, untuk memisahkan bubur dari kulit ari jagung yang belum halus.
8. Sajikan sebanyak 1 porsi, simpan sisanya ke dalam plastik klip. Satu plastik satu porsi. Simpan di freezer.

***
Intip resep lainnya di sini >>>

Share:

Sunday 9 May 2021

Bubur MPASI Fusili Jamur


Saya ingin menyediakan bubur mpasi buat Nabila yang sevariatif mungkin. Variatif menu dan bahan bakunya. Kali ini terinspirasi dari menu favorit non nasi kakaknya.

Kakaknya sangat suka fusili saus carbonara. Tapi karena Nabila (4.5 bulan) masih alergi produk susu, jadi saya buatkan bubur dengan bahan baku mirip fusili carbonara kesukaan kakaknya, minus susu dan keju. Meski minus bahan tersebut, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan seratnya masih ada.

Bahan :

Fusili, cuci
Filet ayam, blansir, potong dadu
Telur
Jamur kancing, cuci, iris dadu

Note :
Perbandingan karbohidrat : protein : sayur = 2 : 2 : 1

Bumbu, secukupnya :

Bawang bombay, iris tipis
Bawang putih, cincang halus
Margarin/ butter/ mentega 

Cara memasak :

1. Rebus fusili dengan air dan sedikit minyak, hingga al dente. Tiriskan.
2. Lelehkan margarin/ butter/ mentega
3. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum. Masukkan ayam dan jamur kancing. Tumis sampai ayam berubah warna.
3. Tambahkan air secukupnya. Rebus hingga ayam dan jamur matang.
4. Masukkan telur ayam, orak arik sampai matang.
5. Masukkan fusili, aduk sampai rata.
6. Blender.
7. Hidangkan sebanyak kebutuhan, simpan sisanya ke dalam plastik klip sesuai porsi. Simpan di freezer.

***
Intip resep lainnya di sini >>>
Share:

Bubur MPASI Mie Godhog Jawa


Sedikit cerita ya tentang asal usul bubur ini. Bubur ini pertama saya buat untuk Nabila yang waktu itu usianya 4,5 bulan. Cerita tentang kenapa Nabila mulai MPASI bubur di usia ini, sudah pernah saya tulis di artikel dengan judul “Kenaikan Berat Badan Bayi di Bawah Minimum”. Nah, berikutnya saya mencoba membuatkan Nabila bubur, yang isinya sesuai dengan saran dari dokter spesialis anaknya. Yaitu, mengandung gizi lengkap : karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan serat. Susu tidak dimasukkan karena Nabila saat itu masih alergi susu. 

Karena saya tidak ada referensi bubur mpasi untuk usia kurang dari 5 bulan, jadi saya terpikir untuk membuat sendiri dengan memahami prinsipnya aja. Nah, prinsip pertamanya kan kandungan gizi itu tadi ya. Yang kedua adalah tekstur. Harus sangat lembut agar mudah ditelan dan tidak mengiritasi saluran cerna bayi. Yang ketiga less gula garam. Saya tidak menggunakan keduanya. Keempat, yang juga penting adalah kebersihan. Kebersihan mencakup kebersihan bahan baku, alat, dan selama proses. Nah yang kelima praktis. Ini syarat dari saya sendiri. Saya tidak punya ART, jadi anti ribet-ribet club. Hehe.

Di usianya yang masih kurang dari 5 bulan, Nabila mpasi dengan porsi sebanyak maksimal 30 ml dalam sehari, terbagi dalam 1-2 kali makan. Jadi makannya juga sebetulnya masih sedikit. Karena makannya masih sedikit, memasaknya juga kan nanggung ya kalau hanya untuk sekali makan. Jadi saya buat 1 mangkok, kemudian setelah jadi bubur, saya masukkan ke plastik klip sebanyak 30 ml per plastik. Kemudian disimpan sebagai stok di freezer. Ketika besok waltunya makan, tinggal diangetkn saja dengan cara dikukus.

Awet berapa lama sih yang disimpan di freezer? Awet lama kok. Saya selama ini antara 1-2 minggu masih bagus. Kuncinya ya itu, disimpannya di freezer dalam kemasan per satu porsi. Jadi sekali defrost, langsung habis untuk satu kali makan.

Nah, berikut ini resep  bubur MPASI  mie  godhog jawa.

Bahan :

(perbandingan protein : karbohidrat : sayuran = 2 : 2 : 1)

1 butir telur ayam
Daging ayam, blansir, cincang kasar
Mi telor, rebus, tiriskan
Sawi hijau, cuci, potong kasar

Bumbu, secukupnya :

Bawang merah, iris tipis
Margarin/ butter/ mentega 

Cara memasak :

1. Lelehkan margarin/ butter/ mentega
2. Tumis bawang merah sampai harum. Masukkan ayam dan sawi. Tumis sampai ayam berubah warna dan sawi layu.
3. Masukkan mie telor, tambahkan air secukupnya. Rebus hingga sawi dan ayam matang.
4. Masukkan telur ayam, orak arik sampai matang.
5. Blender.
6. Hidangkan seperlunya, simpan sisanya ke dalam plastik klip sesuai porsi. Simpan di freezer.

***
Intip resep lainnya di sini >>>
Share:

Saturday 8 May 2021

Kumpulan Resep MPASI


Selamat datang di halaman Daftar Resep MPASI! Silakan klik judul resep yang diperlukan.


🥣🥣 MPASI usia 4 bulan ke atas 🥣🥣

Bubur MPASI Fusili Jamur

Bubur MPASI Mie Godhog Jawa


🥣🥣 MPASI usia 5 bulan ke atas 🥣🥣


Selamat bereksplorasi dengan resep. Semoga termudahkan! 


Intip Resep Lainnya Di sini>>

Kumpulan Resep Andalan


Share:

Kumpulan Resep Snack


Selamat datang di halaman Daftar Resep Snack! Silakan klik judul resep yang diperlukan.

Apfelstrudel

Muffin Biji Poppy

Muffin Coklat

Singkong Keju


Selamat bereksplorasi dengan resep. Semoga termudahkan! 


Intip Resep Lainnya Di sini>>

Kumpulan Resep Andalan


Share:

Kumpulan Resep Sayuran


Selamat datang di halaman Daftar Resep Sayuran! Silakan klik judul resep yang diperlukan.

Sop Telur Sayur


Selamat bereksplorasi dengan resep. Semoga termudahkan! 


Intip Resep Lainnya Di sini>>

Kumpulan Resep Andalan


Share:

Kumpulan Resep Masakan Menu Utama


Selamat datang di halaman Daftar Resep Masakan Menu Utama. Silakan klik judul resep yang diperlukan!

Ayam Panggang Paprika

Fusili Keju Udang

Nasi Biryani Ayam

Nasi Kebuli Kambing


Selamat bereksplorasi dengan resep. Semoga termudahkan! 


Intip Resep Lainnya Di sini>>

Kumpulan Resep Andalan


Share:

Kumpulan Resep Andalan

Rasanya sudah sejak kecil saya tertarik dengan aktivitas memasak di dapur. Namun baru setelah menikah mulai semangat untuk mengeksplor resep dan belajar masak ini itu. Tujuan utamanya sih, untuk memuaskan lidah dan perut konsumen setia saya, yaitu suami dan anak-anak.  Hehehe.
Tapi ternyata, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok akan makanan untuk anggota keluarga, banyak hal positif lain yang bisa saya ambil dari belajar memasak.

Memastikan Higienitas Makanan untuk Anggota Keluarga

Memang makanan di luar rumah banyak yang jual. Beraneka ragam. Menarik dan enak juga banyak pilihannya. Apalagi di Indonesia. Mendapatkan makanan warung, café, atau resto yang pas di lidah nggak sesulit itu. Lebih sulit memastikan kebersihannya. Salah-salah bisa gampang diare, atau yang lebih parah tifus.
Dulu sempat ngalamin ngekos waktu SMA dan kuliah. Bisa makan di mana aja. Di warung tenda pinggir jalan sampai di dalam mall asal uangnya cukup. Hihihi. Tidak ada concern khusus soal higienitas. Kelihatannya saluran cerna saya kebal juga. Alhamdulillah.
Tapi lain halnya sekarang. Setelah bertahun-tahun jadi full time mom, sering masak sendiri di rumah, sekarang jadi gampang diare kalau makan makanan yang kurang higienis. Makanan buat orang dewasa saja harus dijaga, apalagi buat anak-anak kan..

Bisa Mengontrol Kualitas Bahan yang Dipakai

Dengan memasak, saya bisa memastikan bahan-bahan yang dipakai semua sesuai dalam batas toleransi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga kadang punya preferensi masing-masing, ada pantangan alergi, atau pantangan lain karena sedang sakit misalnya. Saat kondisi seperti ini, memasak jadi solusi yang paling mudah untuk memastikan semua ingredients yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga saat itu.

Memberikan Asupan Bergizi dan Seimbang

Asupan makanan punya peran besar terhadap kondisi kesehatan kita, baik jangka pendek maupun panjang. Dengan memasak sendiri, saya bisa mengusahakan asupan makanan yang bergizi dan seimbang untuk menjaga kesehatan keluarga. 

Fleksibel Mengikuti Selera Anggota Keluarga

Selera makan seseorang bisa berubah tergantung situasi. Begitu juga selera makan anggota keluarga. Dengan banyak belajar berbagai jenis masakan, perbendaharaan resep semakin banyak, pilihan masakan yang bisa disajikan untuk keluarga juga makin bervariasi. Tentunya kegiatan makan di rumah jadi tidak membosankan meskipun masakan yang disajikan homemade.

Berhemat

Semenjak jadi emak-emak yang job description-nya salah satunya mengatur segala pos pengeluaran dengan cermat, memasak sendiri makanan di rumah jadi salah satu cara jitu untuk berhemat. Saya bisa leluasa mencoba menghadirkan masakan fancy di rumah, tanpa harus sesedih itu karena dompet nggak harus dirogoh sedalam kalau jajan di luar.

Menambah wawasan 

Banyak detil ilmu memasak yang saya baru dapat dari kegiatan memasak sendiri. Saya yakin ini juga dirasakan setiap orang yang suka memasak. Dengan bertambahnya jam terbang, ilmunya juga makin bertambah, harusnya masaknya juga tambah jago. No wonder ibu kita masaknya sudah jauh lebih jago. Kita pun bisa sejago ibu kita dengan bertambahnya jam terbang, soon to be.
Nah tapi bukan itu saja wawasan yang bisa kita dapatkan dengan belajar memasak. Saya juga jadi belajar mengatur ritme hidup yang enak, meskipun di rumah repot karena masak sendiri, punya anak-anak kecil dan tidak ada ART. Di sini serunya. Setiap menjelang weekend saya sudah harus mulai menentukan minggu depan mau masak apa. Tidak lupa menampung aspirasi dari anggota keluarga juga dong. Lalu menuliskan daftar belanja. Saat weekend, suami saya bisa membantu belanja di pasar. Hal yang sulit saya lakukan karena si bontot masih menyusui. Bahan-bahan yang tidak lazim di pasar, bisa di beli online atau offline dari toko yang lain. Yang penting sudah dicatat supaya tidak lupa. Setibanya dari pasar, kami bersama-sama melakukan preparasi. Sebisanya, semampunya, sesempatnya. Intinya sih preparasi ini bertujuan untuk mengurangi hectic memasak saat nanti di hari kerja. Semakin terbiasa, melakukannya juga semakin satset. Serangkaian kegiatan ini tentu melatih team work anggota keluarga dan menambah kemampuan manajemen juga ya kan 

Menyambung Obrolan dengan Momchef-momchef yang Lain

Kadang ketika bersama dengan ibu-ibu yang lain, ibu saya, ibu mertua, senior, atau siapapun, saya tiba2 berada di situasi yang mati gaya, speechless. Bingung mau bilang apa. Nah biasanya kalau topiknya sudah tentang masakan, obrolan jadi lebih gampang dicairkan… 😀

Meningkatkan Bonding bersama Suami dan Anak

Senangnya, karena suami juga sebetulnya suka ngulik di dapur. Tapi semenjak perkerjaannya bertambah sibuk, intensitasnya di dapur berkurang. Digantikan sama anak-anak yang tambah besar. Saya bersyukur mereka juga suka kegiatan masak-masak di dapur. Stimulasi positif buat anak dan tentunya menambah kekuatan bonding saya dan mereka. Plus latihan kesabaran. Wkwk. It’s okay, I’m not a perfect momchef though.
Dapur adalah jantung rumah kami. Di sana, tawa dan tangis ikut memeriahkan suasana di dalam rumah kami. MasyaAllah 😋

Sarana Relaksasi

Beneran? Bener. Memasak meliputi serangkaian kegiatan dari mulai memutuskan ide masakan dan cara memasaknya, preparasi bahan, kegiatan masak itu sendiri, sampai penyajian. Pada saat memutuskan mau masak apa, kita bisa membiarkan imajinasi kita berkeliaran, jalan-jalan kuliner dalam fantasi. Setelah fix apa yang mau dimasak, pilih resepnya lalu persiapkan bahannya untuk dibeli. Belanja bahan juga jadi menyenangkan ketika kita sudah tau apa yang mau dimasak/ dibeli. Lalu saat memasak, banyak aktivitas yang dilakukan saat memasak menghasilkan ritme yang menenangkan. Seperti suara pisau bertemu talenan, suara air mendidih, air wastafel yang mengalir, wkwk, dsb. Ketika sudah selesai, hasilnya sesuai harapan, lalu disajikan dengan cantik. Serangkaian kegiatan ini bisa memberikan energi positif.

Menyalurkan hobi

Kalau memang hobinya, mau seribet apapun juga rasanya asik aja dilakukan. Saya suka coba-coba resep yang belum pernah saya coba. Kadang perlu beberapa kali percobaan baru sukses. Tapi setelah sukses, puasnya itu… bisa bikin mood booster berhari-hari. Berasa yang naik ke level selanjutnya. Semenyenangkan itu.

Biasanya, setelah berhasil mendapatkan satu resep yang pas, cocok, sukses memuaskan customer di rumah, saya harus menyimpan itu resepnya. Karena mengingat semuanya is impossible ya hehe. Jadi saya catat saja, dan saya simpan di blog. 

Dulu, waktu baru menikah, Ibu mertua menghadiahkan buku catatan resep pribadi beliau. Ternyata, saya sama seperti beliau, suka mencatat resep andalan. Mudah-mudahan catatan resep saya ini, nantinya juga bisa dimanfaatkan oleh anak-anak saya 😀


Berhubung catatan resep saya akan terus bertambah, untuk memudahkan pencariannya, saya merasa perlu dibuat directory yang memudahkan. Resep-resep yang sudah dipublish di blog ini, saya kelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu Masakan Menu Utama, Sayuran, Snack Baking dan Non-Baking, serta Menu MPASI.  

Silakan klik masing-masing kelompok sesuai resep yang diperlukan ☺️



Semangat bereksplorasi di dapur dan semoga termudahkan! 🤗





Share:

Friday 9 April 2021

Resep Nasi Biryani Ayam

 

Nasi Biryani adalah makanan khas India yang umumnya berbahan dasar beras basmati dan lauk berupa daging kambing, ayam, atau sapi. Nasi dan lauknya dimasak bersamaan dan dibumbui dengan aneka rempah sehingga menciptakan cita rasa yang otentik.

Nasi Biryani memiliki arahan rasa yang menyerupai Nasi Kebuli, tetapi sedikit berbeda karena juga mencampurkan yoghurt saat proses memasak. Saat disajikan, nasi biryani ditemani oleh saus kacang pedas dan saus yoghurt sebagai pelengkapnya.

Ternyata nasi biryani banyak penggemarnya juga ya di Indonesia. Di Bandung, kota tempat tinggal saya, mulai banyak resto-resto yang menyajikan kuliner khas India ini.  Pernah diajak sama suami ke salah satu resto di Jl. Riau, yang nasi biryani nya favorit. Nasi Biryani di sana disajikan dengan sangat otentik, tidak hanya bahan baku dan rasa, tapi juga suasana ruangan di dalam resto. Enak dan mevvah, kesan pertama saya ketika menikmati hidangan ini di resto itu. Tapi harganya juga mewah, bukan jadi resto yang bisa sering-sering kami kunjungi. 😂 Karena rasanya ngangenin, saya jadi termotivasi untuk bisa memasaknya sendiri.

Setelah mempelajari resep-resep yang beredar di google dan youtube dan mencobanya beberapa kali, saya bisa menarik kesimpulan bahwa tidak heran jika semakin otentik rasanya, semakin melangit harganya. Beberapa bahan yang diperlukan memang masih jarang digunakan di negara kita.

Nah, berikut ini resepnya saya rangkum. Jadi resep andalan saya untuk memasak Nasi Biryani ayam  buat orang-orang tersayang 😘


Nasi Biryani Ayam disajikan dengan saus yoghurt (dokumentasi pribadi)

Resep Nasi Biryani Ayam

Bahan :

-          3 cup beras basmati

-          1 sdm garam

-           1 kg ayam, potong-potong, blansir

-          1 cup yoghurt

-          1 sdm pasta tomat

        Sejumput Saffron


Bumbu :

-          2 sdm Margarin

-          2 sdm minyak goreng

-          1 siung bawang bombay ukuran sedang, cincang

-          1 sdm jahe yang sudah dihaluskan

-          1 sdm bawang putih cincang

-          1 batang kayu manis (+/- 10 cm)

-          2 butir lemon, diperas

-          3 lembar daun salam kecil

-          3 butir cengkeh

-          3 butir kapulaga

-          2 butir tomat ukuran medium, cincang

-          1 sdm ketumbar bubuk

-          1 sdm paprika bubuk

-          1 sdt jinten bubuk

-          1 sdt kunyit bubuk

-          ¼ sdt kayu manis bubuk

-          1 sdt seven spices

-          1 sdt kaldu bubuk

-          1 sdm garam


Bahan pelengkap :

-          Yoghurt

-          Bawang bombay cincang

-          Seledri

-          Kacang2an goreng

-          Kismis/ Dried fruit lainnya

 

Cara memasak :

1. Panaskan margarin dan minyak goreng dalam panci

2. Tumis bawang bombay sampai layu. Tambahkan jahe, Bawang putih, kayu manis, lemon peras, daun salam, cengkeh, dan kapulaga, sambil sesekali diaduk.

3. Masukkan ayam, aduk lagi

4. Tambahkan irisan tomat dan bumbu-bumbu bubuk. Aduk rata

5. Masukkan yoghurt dan pasta tomat. Aduk. Tambahkan air mendidih +/- 500 ml. Didihkan. Sesuaikan rasanya. Masak hingga bumbu meresap +/- 45 menit

6. Sambil menunggu ayam matang, cuci bersih beras basmati, rendam bersama 1 sdm garam. Rendam selama +/- 1 jam.

7. Setelah ayam matang, sisihkan ayamnya, Saring kuahnya.

8. Tiriskan beras basmati. Siapkan +/- 500 ml air mendidih dalam panci antilengket, campurkan 3 sdm minyak goreng. Masukkan beras. Tutup panci. Rebus +/- 7 menit sehingga beras menjadi nasi setengah matang. Tiriskan.

9. Tuang 3 sdm minyak goreng ke dalam panci anti lengket. Masukkan setengah bagian nasi. Tata semua ayam di atasnya. Tindih dengan semua bagian nasi yang tersisa. Tambahkan +/- 400 ml kuah. Tambahkan saffron. Tutup panci. Masak +/- 15 menit.

10. Buat saus yoghurt : yoghurt plain + bawang bombay cincang + seledri cincang

11. Saus kacang : bumbu hasil saringan kuah, pisahkan daun salam, kayu manis, cengkeh, dan kapulaganya. Blender bersama kacang goreng, cengek, dan sedikit kuah.

12. Tata nasi biryani di atas wadah. Beri topping sesukanya : seledri aneka kacang (mis. Almond, dsb), aneka dried fruit (kismis, dsb). Sajikan bersama saus yoghurt dan saus kacang.


Prosesnya lumayan panjang ya. But trust me, it is worth the effort! 😁👌

Selamat mencoba ya 🤗

 

Intip resep lainnya, yuk!

Nasi Kebuli Kambing

Ayam Panggang Paprika

Bolu Kukus Tanpa Emulsifier

Share:

Sunday 4 April 2021

Mengapa Memilih Sekolah Farmasi ITB

Dalam rangka memperingati bertambahnya usia ITB, Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini mengajak saya kembali bernostalgia. Mengenang tentang alasan memilih jurusan di ITB.

Saya jadi teringat tahun itu. Tahun 2006, ketika tiba saatnya saya harus mendaftar kuliah dan memilih perguruan tinggi yang mana yang akan diperjuangkan. Di antara beberapa perguruan tinggi negeri yang ada di Pulau Jawa, sejujurnya saya tidak terbayang sebelumnya akan kuliah di ITB. Karena cita-cita saya waktu itu adalah menjadi dokter. Sementara ITB tidak memiliki jurusan kedokteran.

Kala itu saya sekolah di SMA 3 Yogyakarta.  Seterusnya tinggal di Yogyakarta adalah impian saya yang lain. Maka tak heran, jika lalu saya berharap bisa kuliah di  Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu universitas negeri yang prestasinya bersaing ketat dengan ITB.

Saya tidak pernah melirik perguruan tinggi lain. Pun saat teman-teman saya bereuforia dengan dibukanya pendaftaran ITB jalur mandiri. Saya tetap santai. Hati dan pikiran saya tetap terfokus ke UGM.

 

Ikut Ujian Perguruan Tinggi Jalur Mandiri sebagai Try Out

Beberapa bulan menjelang Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), try out masuk perguruan tinggi mulai banyak digelar oleh berbagai lembaga. Saya berusaha memyempatkan untuk selalu ikut. Latihan mental, tujuan utama saya. Tes ombak adalah tujuan berikutnya. Kira-kira kemampuan saya sudah sampai mana sih untuk mengejar cita-cita saya itu.

Mendekati jadwal SPMB, beberapa perguruan tinggi negeri mulai membuka pendaftaran jalur mandiri dan PMDK, termasuk UGM. Saya ikuti proses Ujian Masuk UGM jalur mandiri ini (UM-UGM). Saya berharap bisa diterima di jurusan incaran saya, kedokteran, melalui jalur ini, sehingga saya sudah bisa tenang lebih awal. Kalaupun tidak, di tahun itu saya masih akan punya satu kesempatan lagi, yaitu dengan ikut ujian SPMB.

Setelah UM-UGM, saya juga mengikuti saringan masuk Pendidikan Dokter Universitas Airlangga (Unair) jalur PMDK dan Ujian Saringan Masuk ITB (USM-ITB).

Jikalau rejeki saya diterima, maka bisa untuk cadangan. Tapi jika tidak, ya nothing to lose toh, karena impian saya sesungguhnya adalah Kedokteran UGM.

 

Tidak Ingin Membuat Ibu Kecewa

Meski hanya saya anggap try out, jalan untuk ikut USM ITB ternyata tidak semudah itu. Ternyata keputusan ini membuat ibu saya patah hati. Ibu sempat tidak mengijinkan. Bahkan saat saya menanyakan pendapat Ibu terkait pilihan jurusan di ITB yang akan saya pilih, Ibu saya memilih diam dan cemberut. 🙈

Lain halnya dengan Abah (ayah saya). Abah cenderung mendukung saja apa pilihan saya selagi itu baik.

Usut punya usut, ternyata Ibu saya suatu hari nanti ingin memiliki anak yang berprofesi sebagai dokter. Sementara Ayah saya berharap ada anaknya yang menjadi engineer. Harapan ayah saya sudah dipenuhi oleh kakak saya yang kuliah di Teknik Mesin. Sebagai anak bungsu, maka saya menjadi satu-satunya harapan ibu saat itu 😅

Perlu waktu beberapa hari untuk meyakinkan Ibu akan niat saya ikut USM ITB. Tampaknya teman-temannya juga banyak memberikan pencerahan terkait ITB sehingga akhirnya saya berhasil mengantongi restu Ibu untuk mendaftar USM ITB.

 

Pilihan Pertama Idealis, Pilihan Kedua Realistis

Tidak seperti saat mendaftar UM-UGM yang saya sudah yakin dengan jurusan yang hendak saya pilih, saat mendaftar ITB saya harus mempelajari dulu jurusan apa saja yang ditawarkan. Di titik ini, sejujurnya saya tidak terlalu serius dalam memilih. 

Saya mengingat-ingat hari ketika mas-mas dan mbak-mbak senior alumni SMA saya yang sudah menjadi mahasiswa ITB kembali ke sekolah. Mereka datang untuk memberikan pencerahan tentang ITB dan ujian masuknya, kepada kami adik-adiknya yang masih duduk di bangku kelas tiga. Mereka juga memotivasi kami untuk kuliah di ITB.

Dari pencerahan mereka, saya jadi berani tertarik untuk memilih Teknik Kimia. Saya rasa jurusan ini cocok untuk situasi saya saat itu, karena lingkup kerjanya kelak masih luas. Cocok untuk saya yang belum memiliki passion yang spesifik di bidang teknik.

Untuk meyakinkan diri, saya mencoba mengajak Ibu berdiskusi. Ternyata pandangan Ibu berbeda.

"Karena tidak ada kedokteran, sudah pilih apa aja yang terdekat dengan bidang kesehatan!"

Begitu saran Ibu saya. Maksud Ibu saya tak lain dan tak bukan adalah agar saya memilih jurusan Farmasi saja di ITB.

Awalnya saya ingin menjadikan Teknik Kimia di pilihan pertama, lalu Sekolah Farmasi di pilihan yang kedua. Tetapi Ibu saya masih belum srek jika Sekolah Farmasi di pilihan kedua. Akhirnya demi mendapat restu Ibu untuk ke Bandung, ketika mendaftar saya balik, Sekolah Farmasi pilihan pertama, dan Teknik Kimia pilihan kedua.

Setiap yang dengar pilihan saya ini pasti bernafas panjang. Hihi. Karena dua-duanya termasuk kelompok jurusan yang passing grade nya tinggi. Tapi bagi saya mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi jalur mandiri adalah nothing to lose. Menurut saya sebaiknya dipilih jurusan yang paling diminati. Terlalu idealis pun tidak apa-apa. Asal sesuai minat.

Nasehat dari mas-mas dan mbak-mbak senior tentang "Pilihan Pertama Idealis, Pilihan Kedua Realistis" saya simpan dulu untuk mendaftar SPMB, jika memang saya tidak diterima di seleksi mandiri.

 

Allah Maha Membolak-balikkan Hati

Saya sedang ada di Bandung ketika hari pengumuman UM-UGM. Saya di Bandung karena beberapa hari lagi waktunya tes USM-ITB. Saya deg-degan sekali hari itu. Akhirnya rasa was was saya terjawab. 

Saya tidak diterima di Pendidikan Dokter melalui jalur UM -UGM yang sudah saya ikuti.

Seketika saya langsung lemas.

"Mungkin kurang kenceng doanya, Vid." Begitu kata teman saya mencoba menyemangati. Ah ya mungkin saja ya.

Masih ada SPMB. Juga PMDK Unair yang belum pengumuman. Dalam hati saya. Meski begitu saya tidak bisa bohong kalau saya jadi khawatir juga meleset di SPMB. 

Sejak hari itu, saya tersadar bahwa setiap "pintu masuk kuliah" mestinya "diketuk" dengan serius. Karena kita tidak tau pintu mana yang sebetulnya jadi rejeki kita. 

Sejak saat itu, USM-ITB juga jadi lebih serius saya persiapkan. Tinggal beberapa hari lagi.

 

If You Get Tired, Learn to Rest, Not To Quit -Banksy

Setelah tes USM ITB, saya pulang ke Yogyakarta. Hati saya yang masih sedih bertambah sedihnya melihat suasana Yogyakarta yang baru tertimpa musibah.

Ya, gempa besar yang menghantam Jogja di tahun 2006. Saat gempa terjadi, saya baru tiba di Surabaya untuk tes PMDK UNAIR. Dari Surabaya saya langsung ke Bandung untuk tes USM-ITB. Jadi setelah USM, baru saya kembali lagi ke Jogja.

Tempat tinggal saya Alhamdulillah tidak apa-apa. Hanya barang-barangnya saja kacau berantakan. Kakak saya bilang, kamar saya sengaja tidak dibereskan supaya saya sendiri ikut menyaksikan efek gempa dahsyat itu. 

Perjalanan mengetuk pintu kuliah ini dari Jogja-Surabaya-Bandung-Jogja ternyata cukup melelahkan. Tapi sepertinya semakin terasa melelahkan lagi karena pengumuman hasil UM-UGM saya dinyatakan tidak lolos. Perjalanan saya masih panjang. Masih perlu banyak latihan soal SPMB. Tapi suasana hati kok tidak mendukung ya 😅

Saya putuskan istirahat dulu dari persiapan SPMB. Saya minta kakak menemani berkeliling Yogyakarta, dan apa yang saya dapati ternyata lebih memilukan lagi. Kota Bantul yang rata dengan tanah. 😭 Sejauh mata memandang, hanya reruntuhan rumah-rumah, kantor, gedung. Masyarakat tinggal di pengungsian. Sebagian lagi harus dirawat di Rumah Sakit. 

Di lain hari saya bertemu dengan sahabat-sahabat saya. Sebagian dari mereka sudah lolos UM-UGM. Sebagian lagi sama seperti saya, masih harus berjuang. Mereka menceritakan kejadian di hari H terjadinya gempa. Kacau, panik, kehilangan anggota keluarga, dan sedikit humor untuk meredakan ketegangan. Dalam hati saya, saya harusnya bersyukur, Allah sudah menyelamatkan saya dan keluarga saya dari musibah. Allah juga mengijinkan saya mencoba mengikuti tes beberapa perguruan tinggi ternama. Tidak semua orang punya kesempatan yang sama. Meski kali ini gagal, saya tetap harus semangat, pasti Allah punya rencana lain yang lebih indah. 

 

Saya Sempat Ragu 

Akhirnya tiba waktunya pengumuman PMDK UNAIR dan USM-ITB. UNAIR juga saya tidak lolos. Tapi tanpa saya sangka, ternyata saya lolos di pilihan pertama (Sekolah Farmasi) ITB. Senang sekali rasanya. Senang dan tenang karena sudah mendapat tempat di perguruan tinggi. Saya bisa pede memilih Pendidikan Dokter UGM sebagai pilihan pertama, karena saya pikir kalaupun, saya tetap bisa kuliah di ITB. 

Ketenangan itu ternyata tidak berlangsung lama. Karena setelah membaca lebih detail lagi tentang syarat pendaftaran ulang, ternyata hari daftar ulang bertepatan dengan hari tes SPMB. Sementara daftar ulang di ITB tidak boleh diwakilkan oleh orang lain dengan alasan apapun. Jadi? Saya harus memilih, ikut SPMB atau daftar ulang ITB?

 

Bukan Pilihan Mudah

Kalau saya memilih SPMB, saya bisa perjuangkan lagi Pendidikan Dokter UGM. Tapi kalau meleset alias tidak lolos lagi, sementara Farmasi ITB sudah dilepas.. ahh.. saya sulit membayangkannya. Mungkin juga jadi berat melepasnya karena pada waktu itu Sekolah Farmasi ITB menduduki peringkat pertama passing grade fakultas farmasi se-Indonesia.

Sementara kalau saya memilih daftar ulang Farmasi ITB, maka saya harus menutup "buku cita-citaku" yang ingin jadi dokter itu.

Saya tidak bisa memilih sendiri. Bertanya ke Ibu saya, Ibu saya lebih menyarankan saya ikut SPMB saja dengan pilihan ke dua sama-sama pendidikan dokter, tapi di universitas lain yang lebih realistis. Bagi ibu saya, jurusan pendidikan dokter adalah yang paling penting. Sementara bagi saya, minat kepada perguruan tinggi nya juga penting.

Saya pun istikhoroh. Berkali-kali. Dan entah bagaimana ceritanya hati saya tetap condong ke Farmasi ITB. 

Setelah saya sampaikan lagi ke Ibu dan Abah, beliau berdua pun akhirnya merestui.

 

Ridho Allah Bersama Ridho Orang Tua

Masuk ITB bersama ribuan mahasiswa baru dalam satu angkatan, disambut dengan Sidang Terbuka di Sabuga.

 Sempat merasa bersalah juga pada Ibu, karena tidak bisa memenuhi harapannya. Pernah merasa kesepian juga karena keluarga nun jauh di mato. Sempat down dan minder waktu adaptasi dengan lingkungan dan budaya baru yang jauh beda dengan di kampung halaman. Juga cukup kaget dengan pola belajar teman-teman sejurusan. Hahaha.. 

Alhamdulillah masih bisa lulus tepat waktu empat tahun kemudian dan tambah satu tahun lagi untuk belajar di pendidikan profesi Apoteker dengan beasiswa. 

Tentunya berkat ridho Allah, doa ibu dan usaha untuk bisa membahagiakan orang tua. Mungkin berkat ini juga, sebelum lulus saya berhasil mendapat posisi permanen di salah satu perusahaan kosmetik besar di Indonesia. Tiga tahun kemudian saya mencoba menceburkan diri ke dunia pelayanan farmasi di Apotek. Meski sekarang harus off dulu dari menjadi garda depan yang berkontribusi langsung dalam membangun kesehatan masyarakat yang berkualitas.

Dulu, mungkin saya berat move on dari cita-cita untuk jadi dokter. Tapi ternyata sekarang saya juga berat move on dari pekerjaan kefarmasian. Walaupun saat ini ada tanggung jawab lain yang harus saya lakukan dan situasi membuat saya belum bisa praktek lagi, tapi menimba ilmu dan edukasi ke masyarakat tetap bisa berlanjut. InsyaAllah tabungan jariyah. Aamiin.

 

<<< Cerita sebelumnya

Penerbangan Panjang bersama Anak Satu Tahun

KenaikanBerat Badan Bayi di Bawah Minimum 

Jaman Sudah Beda, Kenapa Tetap ngeBlog?

 

Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya