Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Saturday 19 August 2017

Celoteh anak ep 3 : Pizza

Aqila, anak kami yang minggu depan genap 3 tahun, senang sekali masak. Dia suka membantu kami memasak dan sering meminta untuk ditugasi apapun, mengupas bawang, menuang, dsb.

Kemarin lusa saya ajak dia bikin Pizza. Dengan resep dasar yang simpel, dia bisa banyak berpatisipasi.

Saya siapkan dulu semua bahan untuknya supaya nanti dia tinggal tuang2 dan aduk2.

Tepung terigu, ragi roti, air suam kuku, minyak biji labu, garam, semua sudah dia masukkan satu-satu, dicampur dan diremas dengan tangan supaya jadi adonan pizza. Ehh tapi kok... ga kalis2 ya??

Kyaaa tiba2 saya ingat, tadi semua bahan kering + minyak saya siapinnya cuma setengah resep, tapi airnya malah 1 resep full. Jeng jeng.... Yasudah.... akhirnya saya tambahkan lagi bahan2 lainnya supaya semuanya jadi 1 resep full. Nambahinnya agak barbar sih karna udah kburu lewat jam makan.. laper :(

Long story short, pizza nya jadi. Yeayyy. Ini pizza ketiga yang kami buat sendiri semuanya di dapur kami. 2 pizza sebelumnya dgn resep yang sama sudah sukses... berhasil meraih fans setia (pak suami & aqila).

Gigitan pertama.. kok ada yang aneh ya. Kedua, ketiga, dst. Ahh ini mah keasinan!! huhuu.. mana bikinnya td 1 resep full itu kira2 bisa buat 6x makan. Duh!

===

Kemarin siang saya hidangkan lagi sebagian sisa pizza nya buat makan siang, nambahin stok tom yam yg udah tinggal sedikit. Rupaya Qila tergiur melihat pizza nya yg baru keluar oven. Meskipun habis itu dia tampak kecewa sama rasanya hihi.. cuma habis setengah slice orang dewasa.

Malemnya setelah dia bermain semangat banget tuh diajakin makan. Bahagia, mungkin udh lapar. hihi. Senyum2 ke meja makan mininya. Tiba2 jeng jeng.. wajahnya berubah. "Pizza lagi??" Katanya refleks.

Kayaknya berat banget nih mau makan pizza yang ini... Maafkannn yaaa.. gimana lg 1 pan-nya masih banyak.. asinnya juga ga asin2 banget kan. masih biisa ditolelir sama lidah walo agak maksa.. soalnya sayang banget kalau mubazir.. topping tuna keju maksimal lagi... Dan di kulkas masih ada 1 pan lagi! >.<

Percaya pada bunda nak, mungkin sekarang berat, tapi suatu hari nanti percayalah kamu akan mengerti dengan sendirinya karena insyaAllah kelak kamu akan jadi seorang istri dan ibu... *nyari pembenaran. Piss..

Disclaimer : Walaupun begitu alhamdulillah dia habis 1,5 slice, kira2 setengah porsi makan saya. Terharu..


Share:

Celoteh Anak : Minum Teh

Pagi ini sepertinya pak Suami lupa ngabisin dulu tehnya sebelum pergi. Karena perginya dinas luar berhari-hari, ya saya yang habisin aja sehabis makan sekalian saya seduh lagi karena sisa teh di teh celupnya masih banyak. Saya termasuk jarang minum teh. Tapi kali ini suasananya kok pas ya.. di luar gerimis, rumah sudah bersih, anak makannya nyenengin, makan sendiri juga, dan sepertinya dia mulai ngantuk (ngebayangin ga perlu begadang hehe), saya duduk simpuh, lalu berimajinasi sedang prosesi minum teh pakai baju kimono di Jepang diiringi musik tradisional lirih.. damai.. kayak yg ada di film2.Saya pun ingin menyelesaikan imajinasi momen minum teh ini dengan sempurna sampai tetes terakhir teh di gelas saya habis. Wkwk... Momen mewah minum teh seumur2.. (walaupun dalam imajinasi :D)

Lalu tiba2 ada suara anak kecil menghancurkan imajinasi saya ketika tegukan pertama. Dan ternyata itu suara Aqila.

"Loh, bunda kok minum teh pake gelas Bapak sih?"

-______-"


Come back to reality Ma'am.. :D :D

I love you honey.. cutie lil princess. Terimakasih sudah hadir ke dunia ini. *smooch*
Share:

Tuesday 15 August 2017

Montessori di Rumah ala Oma-Oma Austria

Pendidikan Montessori, metode stimulasi anak usia dini yang dikembangkan pertama kali oleh Pendidik dari Italia, Maria Montessori ini pun digunakan oleh pemerintah Austria dalam kurikulum PAUDnya.

Di Leoben semua Playgrup/ day care dan TK menggunakan metode ini dan dipegang langsung oleh para pendidik lulusan sekolah Montessori.

Tidak hanya di sekolah, di rumah pun pendidikan Montessori seolah sudah seperti habit yang dilakukan tanpa sadar oleh para orang tua.

Di sini sangat mudah mendapatkan mainan-mainan edukatif ala Montessori, online maupun offline, baru maupun preloved. Bahkan mungkin, bisa dibilang orang tua bisa sampai tidak menyadari bahwa pendidikan yang selaras dengan Montessori lah yang mereka sedang tanamkan pada anak-anaknya, saking sudah menjadi habit turun-temurun. Setidaknya itu yang saya amati selama ini.

===

Kebanyakan orang tua memfasilitasi anak-anaknya dengan mainan-mainan edukasi ala Montessori di rumahnya. Mainan-mainan ini rupanya terjaga dengan apiknya sehingga meskipun anak-anak mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak, mainan ini masih tersimpan rapi di rumahnya. Dikeluarkan dan dimainkan kembali oleh cucu-cucunya, keponakan, atau bahkan anak koleganya ketika berkunjung.

Beberapa kali saya berkunjung ke rumah senior (oma-oma) di sini, ya rupanya sepertinya memang sudah menjadi hal yang biasa saja. Bagi saya ini hal baru :D Waktu saya kecil, mainan-mainan seperti itu hanya bisa saya lihat di TK. Mainan saya waktu kecil pun sekarang sudah tidak ada bekasnya kecuali boneka kesayangan.

===

Mainan Montessori memang cenderung lebih mahal (di Indonesia), tapi kebanyakan lebih kuat, awet, dan yang utama esensi "bermain sambil belajar"nya lebih mengena. Di sini, semua mainan, Montessori maupun bukan, harganya relatif sama.. jadi yaa.. tinggal pilih saja..

Pikir-pikir sama-sama mahal buat anak, daripada investasi gadget, mending investasi mainan edukatif.. bisa dapat lebih banyak dan insyaAllah manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya. Tinggal berdoa mudah-mudahan rejekinya dilancarkan sama Allah :")

Aqila, Kakak Thifa, Abang Ghaidan & Abang Gaifan bermain Mainan Montessori di Halaman Rumah Tante Yani
Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya