Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Saturday 18 November 2017

Sekilas tentang Heartburn

Saya ga benar-benar yakin kapan pertama kali merasakan heartburn. Tetapi pertama kali di-diagnosa refluks dengan kehadiran heartburn itu kira-kira dua bulanan yang lalu, umur saya 28 tahun btw.. BB saya 46 dengan BMI normal. Jadi terbukti refluks ga cuma beresiko pada yang beratnya badannya berlebih" aja ya...

Dalam dua bulan terakhir heartburn yang lumayan betah, sudah menyerang dua kali L betah alias bertahan lama, sehingga saya harus rutin mengonsumsi obat sekitar 2 minggu di setiap masing-masing serangan heartburn. Selama satu bulan penuh harus tutup mulut sama sekali dari cabe, minyak, lemak, yang manaa hampir semua makanan kita mengandung itu. Ga enak banget didatangi heartburn. Selain harus menahan sakit di setiap serangan, bedrest dan kehilangan waktu yang berkualitas, bertanya-tanya "apa saya bisa sembuh lagi?", juga menahan kekhawatiran-kekhawatiran yang lain, karena itu justru bisa memperparah keadaan.

Setelah disambangi sama jenis penyakit yang satu ini, saya jadi engeh, betapa kadang secara ga sadar sering melupakan "hak" tubuh ini untuk lebih diperhatikan, istirahat cukup, makan makanan sehat, dan juga dijauhkan dari monster bernama "STRESS" dan rasa khawatir yang berlebihan. Mungkin dengan ini Allah ingin menyentil saya, mengingatkan banyak hal yang sudah sempat terlupakan. Hikmahnya, sekarang saya benar-benar belajar untuk "mendengarkan" badan ini dengan lebih baik. Ikhlas dalam segala situasi, sesulit apapun itu, membantu  proses self healing. Tidak sekedar bisa memaknai apa itu "Ikhlas" karena Allah atas semua yang terjadi, tapi juga melakukannya.

Mudah-mudahan serangan yang Alhamdulillah sudah berakhir kemarin ini menjadi serangan Heartburn saya yang terakhir :( saya juga berharap ini tidak terjadi pada kalian dan juga orang yang kita sayangi.. Aamiin. 


***
Apa sih heartburn itu?
Heartburn adalah rasa panas di area kerongkongan, yang biasanya memberikan sensasi seperti terbakar di area dalam dada atau leher. Heartburn ini terjadi karena cairan asam lambung naik ke kerongkongan. Tidak seperti sel-sel dinding lambung, dinding kerongkongan tidak dilindungi oleh lapisan tahan asam, sehingga jika asam lambung naik ke kerongkongan, bisa terjadi peradangan yang menimbulkan heartburn itu tadi.

Kenapa asam lambung bisa naik ke kerongkongan?
Normalnya asam lambung (dan segala isi lambung) tidak bisa naik lagi ke kerongkongan karena antara lambung dan kerongkongan ada sebuah katup. Katup ini membuka ketika ada makanan atau minuman yang kita telan, sehingga makanan dan minuman kita bisa masuk ke lambung. Pada kondisi normal, katup ini mampu menahan isi lambung untuk tidak kembali lagi naik ke kerongkongan. Jika katup ini melemah, maka isi lambung bisa kembali naik ke kerongkongan. Naiknya isi lambung ke kerongkongan disebut Refluks. Jadi, heartburn itu istilah untuk menamai sebuah gejala (rasa terbakar di kerongkongan), sementara refluks adalah kondisi yang bisa menyebabkan heartburn, atau diagnosanya alias nama penyakitnya. Heartburn tidak selalu muncul pada refluks.

Apa yang menyebabkan katup lambung melemah?
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan katup lambung melemah, di antaranya stress, jenis makanan, pola makan, pola hidup, konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, dan keturunan.
Jenis makanan yang bisa beresiko melemahkan katup lambung banyak banget, referensi nya juga sudah banyak sih, mudah didapatkan di internet, umumnya yang pedas2, asam, dan berlemak. Tingkat efeknya bisa beda-beda pada tiap orang, tergantung kondisi saluran cerna masing-masing. Tentunya yang sudah punya riwayat maag duluan yang paling beresiko.

Kayak apa sih real-nya rasanya Heartburn?
Ehem. Kayak gini contohnya.. udah lama ga makan kerupuk mie, kangen banget, makan deh, 2 buah aja. Baru selesai makan, lalu muncul rasa terbakar di kerongkongan. Rasanya mirip kalau kita terserang radang tenggorokan atau bronkitis, panas, kerting, tapi dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Sakit dan sulit untuk menelan, kalau ngaca keliatan memerah di tenggorokan dan bisa ada yang bengkak di area amandel, Dada juga bisa ikut terasa sakit dengan rasa terbakar yang sama atau hanya nyut nyut yang bisa segera hilang atau malah berkepanjangan. Seringkali disertai rasa gatal-gatal di dalam leher dan ingin batuk. Buat nelan sulit dan sakit. Lalu bisa berujung pada sesak nafas, batuk-batuk, dan muntah. Yang juga engga enaknya, terkadang heartburn itu suka PHP, sudah sembuh, lalu tiba-tiba kok muncul lagi L

Beda dengan radang tenggorokan pada umumnya, radang yang ini ga bisa diobatin dengan obat radang tenggorokan.. obatnya sama dengan obat sakit maag. Pemilihan obatnya perlu direkomendasikan oleh dokter, disesuaikan dengan tingkat keparahannya.

Heartburn ini ga boleh dibiarkan lama-lama, meskipun kita mungkin merasa belum terlalu terganggu. Jadi intinya, kalau mulai ngerasain gejala heartburn dan belum punya managemen plan nya bersama dokter, maka baiknya langsung cuss ke dokter.

Stay healthy yes saudara2....


Leoben - Targoss... Bike Touring bersama keluarga dan rekan seperjuangan di perantauan, terakhir sebelum didiagnosa Refluks. Ga tau kapan lagi bisa begini.... :)

***

Share:

Thursday 26 October 2017

Hari Pertama Haid... Bedrest?



Day 1 menstrual cycle yg skarang 'luar biasa' dibandingkan yg biasanya. Luar biasa capeknya.. Ngantuknya.. Nyerinya.. Mualnya.. alhamdulillah nya emosi aman terkendali (perasaan saya si :D😁 )

Day 2, pagi kebangun lewat dari jam biasanya, dgn sekujur badan sakit semua T-T😆 kepala migrain, tenggorokan radang, dada nyeri, perut mual dan nyeri, kaki pegal2. Superb. Ini kayaknya perlu bed rest. Bilang ke suami "aqila libur aja apa ya hari ini, kayaknya aku perlu bedrest." Jawaban suami pun sangat romantis "udah masuk aja, aku yg anterin ke tk." Aaak mamacih.. Udah mau berangkat lebih awal muter dulu ke tk sblum k kampus di waktu2 yg task nya kayak sekarang.. Smoga tetap sehat ya mas suami.. Jangan ikutan tumbang..

===
Jd inget, bbrp teman jg ada yg di awal2 kayak gini perlu bedrest. Dan katanya ada undang2 ketenagakerjaannya ya yg menyatakan libur di hari pertama mens adalah hak tenaga kerja wanita.


===
Sambil rebahan, baca2 apa yg bisa dibaca, lalu nemu postingan ini

Well explained ttg bagaimana siklus menstrual mempengaruhi performa kerja seorang wanita setiap bulan.. Yang ga terjadi di pria yang relatif linear dan stabil.

"ignoring our bodies by working and forcing ourselves to be active during our 'winter' -menstrual days- can potentially ruin the month ahead."

Because every woman is special. 👩
We are unique and different each other.

 👩👩
Listen to your body gives you better opportunities to understand what you really need. 

===
Baca juga :
Share:

Tuesday 17 October 2017

Tes Mata untuk Batitaku

Ini tool yang dipakai oleh dokter mata waktu minggu lalu Aqila tes mata. Seru juga ya, pakai tool ini anak-anak umur 3 tahunan udah mulai bisa tes mata.

Tool Tes Mata Toddler yang Dipakai di Dokter Mata Anak Saya. Sumber Gambar
Minggu lalu Aqila tes mata bukan karena ada apa-apa dengan matanya, Alhamdulillah hasil tes juga nunjukin semua normal. Mudah-mudahan sampai nini-nini mata Aqila terus sehat dan ga perlu pakai kacamata.. kayak Almarhumah Uyut nya yang sampai 90 tahunan usia beliau masih rajin baca Qur’an tanpa kacamata. Jangan kayak bundanya... dari SMP udah kayak doraemon. Hehehe.. Karena kalau udah terlanjur mesti pakai lensa di depan mata itu banyak ga enyaknya...

===
Umur 2 Tahun Sudah Diwajibkan Untuk Tes Mata
Di Austria ini, anak-anak wajib periksa mata ke dokter mata pertama kali kira-kira di ultahnya yang ke-2. Biayanya ditanggung oleh asuransi (baik milik pemerintah maupun swasta asuransinya).

Tahun lalu mendekati jadwal tes mata pertama kali ini rasanya penasaran, soalnya saya mah dulu baru kenal sama tes mata itu SMP deh, kelas 2. Itu gegara topik tentang mata di pelajaran Biologi. Pulang sekolah langsung inisiatif periksa mata ke optik yang ngasih periksa mata gratis, sama temen, ga tanya-tanya dulu sama orang tua. Hihi. Taunya udah minus setengah, di rumah lapor ke ortu langsung pada kaget :D

===
Emang Gimana Tes Mata Nya Anak Umur 2 Tahun?
Ternyata...metode nya ada 3.

Yang pertama kalau ga salah nama metodenya Aberrometry. Mata diukur pakai alat, caranya dagu ditaruh di penyangga di alatnya, trus matanya diminta lihat ke titik warna merah. Sekedar dicoba.. ternyata percobaan dengan alat ini gagal untuk Aqila. Hihihi. Body dan kepalanya masih terlalu kecil. Ternyata juga teman-teman Aqila juga sama belum bisanya. Hehe.

Yang kedua si batita diminta untuk menunjukkan gambar yang ada di atas sebuah kartu seukuran kartu pos, yang sepintas di atas kartu pos itu hanya ada gambar titik-titik hitam saja, persis kayak tipi yang lagi kesemutan.. Cuma ada titik-titik hitam yang memenuhi permukaan kartu.Tapi kalau diamati lebih seksama, ternyata di antara titik hitam itu ada yang membentuk gambar, dan semuanya ada 3 gambar, yaitu kucing,, bintang, dan mobil. Ketiga-tiganya merupakan gambar 3 dimensi. Dokternya tanya,”ada gambar mobil ga disitu?” lalu mata batita unyu2 yang di tes itu sibuk nyari di mana gambar mobil, ditunjuk dengan jari-jari yang juga unyu. Lalu dokter tanya lagi “Ada gambar bintang?”, dst. Waktu itu Aqila baru bisa nunjukin 2 gambar, mobil sama bintang.

Yang ketiga pakai alat lagi tapi jauh lebih kecil dari yang pertama. Dengan alat ini anak diminta untuk melihat sebuah titik (mainan misalnya), lalu dokter ngintip2 matanya pakai alat di sebelah mainan yang mesti jadi fokus obyek yang dilihat oleh si anak. Tes ini Aqila 2 tahun udah bisa.
Tes umur 2 tahun ini berasa Cuma main-main aja sama dokter mata. Hihihi. Da dari 3 metode hanya 1 yang optimal.  Ya emang apa sih yang bisa diharapkan dari tes kayak gini ke anak umur 2 tahun.. Yaayayaa.. semua ada hikmahnya. Hehe..Yang lucu ada teman Aqila. Ditanya “di mana mobilnya?” dijawab “itu di luar!” sambil nunjuk ke arah parkiran mobil. Hahaha hiburan..

===
PR Dari Dokter Mata Untuk Anak Umur 2 Tahun Dan Bundanya
Sebelum pulang, dokter beri saya PR buat ngajarin Qila istilah 4 buah gambar 2 dimensi, yaitu Persegi, Apel, Lingkaran, dan Rumah. Kenapa, karena ini akan jadi materi tes mata yang lebih serius buat anak-anak. Dokter minta saya bawa Aqila lagi kontrol lagi tahun depan (umur 3 tahun). Hoo okayy.. paham sekarang jadinya kenapa ada tes mata di umur 2 tahun...

===
Tes Mata Umur 3 Tahun
Di umurnya yang 3 tahun ini, Aqila kembali datang untuk tes mata. Ternyata benar, kali ini pemeriksaannya udah mulai bisa serius.  3 metode yang dipakai waktu pemeriksaan umur 2 tahun dipakai lagi di tahun ini dan  ternyata kali ini anak-anak batita udah bisa ngikutin semuanya. Kali ini tesnya ditambah pakai tool yang ada 4 gambar PR itu tadi : Persegi, Apel, Lingkaran, dan Rumah.

Cara kerja tesnya mirip dengan kalau kita atau anak-anak yang udah besar pakai papan tes mata yang ada huruf-hurufnya itu. Bedanya ini ga pakai huruf tapi 4 gambar itu tadi (Persegi, Apel, Lingkaran, dan Rumah.). Dokternya dengan sabar nunjuk ke gambar-gambar itu, sambil tanya “Ini gambar apa?” dari ukuran besar sampai sekecil mungkin yang anak batita bisa baca.

Dari hasil tes semua metode tadi, dokter kemudian menarik diagnosa.. kesimpulan.. Alhamdulillah Aqila normal.. Lalu diminta kontrol lagi umur 5 tahun.

==
Konsultasi Rutin Ke Dokter Yuk!  
Okey.. kali ini saya belajar, ternyata bukan cuma gigi dan tumbuh kembang anak aja yang sebaiknya rutin dikontrol ke dokter, tapi juga matanya.

Sesungguhnya kontrol berkala ini selain memantau kondisi kesehatannya, juga ngasi kesempatan kita orang tuanya untuk konsultasi personal sesuai dengan kondisi aktual anak kita, tentang keraguan dan apa-apa yang kita belum tau untuk mencegahnya terkena kelainan atau penyakit serius, langsung pada ahlinya.. tentu lebih akurat daripada hasil katanya... atau dari mbah google misalnya..
Dan kalau (naudzubillahimindzalik) terdeteksi yang engga enak, insyaAllah jadi bisa tertangani lebih awal kan...



===
Baca juga : 
Share:

Saturday 30 September 2017

Daftar Harga Vaksin

Nemu foto “Daftar Harga Vaksin” ini di gallery foto HP saya. Kalau bukan karena memory HP penuh mungkin saya sudah lupa punya foto ini. Hihi. Foto ini saya ambil Desember 2014 sewaktu mengantar anak saya vaksinasi di RS Hermina Pasteur Bandung. Ini adalah daftar harga vaksin di RS tersebut pada waktu itu. Saya kurang tau kalau sekarang masih sama atau tidak, ya minimal masih bisa dipakai untuk memberi gambaran harga vaksin kala itu. ;)



Share:

Monday 11 September 2017

Kalau Kamu Mahasiswa di Austria, Kamu Bisa dapat Diskon Harga Obat Lho

"Anda mahasiswa bukan?" Tanya dokter kepada saya.
"Bukan Dok. Suami saya yang mahasiswa." Jawab saya jujur.
Itu pertanyaan terakhir dari dokter buat saya. Waktu ditanya, gatau jg knpa ditanya gitu. Saya pikir dokter sedang mencari ada/gak nya potensi stress yg memicu GERD saya.

***
Konsultasi berakhir. Saya keluar dari ruang dokter lalu asisten memberikan resep kepada saya. Karena resep nya print out dari komputer, obatnya bisa dibaca dgn jelas. Oke, sepertinya mahal. Wkwk.
Dan benar... €39,70 total harganya.. Kalau di rupiahkan ya tinggal dikali 15.900 rupiah saja (kurs hari itu).
Saya keluarkan kartu ATM sambil gak semangat liat ke layar, eh, kok jadi €11.70? 😎😎



***
Alhamdulillah... Rupanya saya dapat harga mahasiswa... 😁

***
Di Austria ini memang ada orang2 tertentu yg bs dapat diskon harga obat, ketika obat tidak dicover oleh asuransi. Hanya dokter yg bisa memberikan rekomendasi diskon itu lewat tanda di resep obatnya.

***
Terimakasih dokter... karna udah curiga kalau saya mahasiswa. Meskipun meleset. 😜 Semoga berkah selalu dan pasiennya ini segera diberi kesembuhan. Hehe. Aamiin.

***
Share:

Thursday 7 September 2017

Punya Asma dan Maag? Hati-Hati Resiko GERD!

Langsung melongo waktu dokter bilang "Masalahmu 2, Asma sama GERD". Melongo jadi inget tugas KP buat presentasi ttg GERD dan bikin tools yg mudah dipahami buat pasien.
Plus merasa gagal da dirinya sendiri malah kena GERD 😅
Btw, ternyata Asma dan GERD ini bagaikan ayam dan telur. Masing2 saling mentrigger yg lain. Asma bisa memicu GERD, dan GERD jg bs memicu Asma. (Bisa dibaca singkat di sini http://www.webmd.com/asthma/guide/heartburn-asthma)
Jd susah mau dibilang mana yg muncul duluan (di sy?). Yg penting diobatin aja deh dua2nya. Mudah2an segera sembuh. Mohon doanya yaa. Udah kangen bernafas lega, olahraga, teriak2, dan ketawa cekikikan #eh
Buat yg belum tau GERD (gastro-esofageal reflux disease) itu kondisi kl isi lambung (terutama asam lambungnya) naik ke kerongongan, bikin di kerongkongan ada sensasi terbakar. (bayangkan otot polos di kerongkongan terkena asam lambung).
Yg punya asma dan maag di antara nya yg beresiko terkena GERD. Hati2 yaa.. Dijaga banget pola makan, hidup, stress nya jugaa.. GERD itu ga enak (iyalah emang ada penyakit yg enak😂?), apalagi kalau GERD barengan sama Asma. #introspeksi hihi.

*****
Share:

Saya, Klinik Dokter di Leoben, Asma & GERD

😂 Akhirnya kehabisan stok obat asma yang dibawa dari Indonesia. Ngrasa aneh juga sih, berasa yang dulu mah lebih ces pleng.

😂 Karena masih suka batuk2, ke dokter THT deh.

😂 Kebantu banget buat tau lokasi dan jam praktik dokternya di www.docfinder.at (bisa buat akses lokasi dan jam praktek dokter se Austria)

😂 Datang ke klinik yang dituju, ternyata ada pengumuman di pintu masuk intinya : "Ada penyesuaian jadwal praktik sehubungan dengan liburan musim panas". Jam nya brubah, dokternya ga praktik waktu saya datang. Yg saya pelajari dsni : Dokter jg manusia kakak.. Butuh liburan.. 

😊
😂 Beberapa hari kmudian saya datang lagi di jadwal praktik khusus musim panas itu.

😂 Normalnya kunjungan ke dokter (selain di RS--Rumah Sakit) mesti janjian dulu, bisa telp atau datang buat janjian. Kecuali yg agak darurat bolehlah ga perlu janjian. Kalau darurat banget ya larinya mesti ke RS, bukan ke tempat dokter praktek. Pede mengelompokkan diri kw kasus agak darurat karena berhubungan dengan saluran nafas, gejalanya sesak nafas dan batuk2, punya riwayat asma. Yang bikin canggung mau dibilang agak darurat adalah karena aktivitas dasar mah masih bisa sih, cm batuk2nya aja datang dan pergi sesuka hati. Kalau anteng, diem, ga ketawa ketiwi, baru bangun tidur, mah kayak orang 100% sehat aja. Kan galau jadinya. Hehe.

😂 Masuk klinik dokter trus ke front office nya. Curhat sedikit tentang gejalanya dan bilang bahwa belum bikin janji sbelumnya, apa bisa diperiksa hari ini? Ternyata tidak bisa saudara saudara... Pasiennya sudah full.. Durasi praktik dokter itu ketat kakak.. 6 jam ya 6 jam. Ga boleh praktik lebih dari jadwal praktiknya. Sekali lagi dokter juga manusia kakak... Yang punya banyak kesibukan.. Karena belum bikin janji sebelumnya, saya diminta besok pagi datang lagi. Ternyata slot untuk pasien yang belum bikin janji itu di awal2 jam praktek.

😂 Baiklah saya datang lagi besok paginya setelah berkutat dengan masalah anak batita yang lg sulit diajak bangun pagi 😅 Ibu front office nya masih ingat saya yg kemarin. Beliau minta kartu asuransi saya. Ya, kontrol dokter di sini mesti pakai asuransi. Kalau ga bisa tekor 😅 Saya kasih kartu asuransi saya, yg kmdn dimasukin ke alat mirip kalau kita bayar belanjaan pakai kartu atm. Kata ibunya "KARTUNYA GAK AKTIF NIH." Ya salaaam..

😂 Telp pak suami yang lagi di kantor, minta tolong ditelp kan kantor asuransi. Tentu saja.. Ini karena level bahasa jerman saya blm bisa sampai dipakai ngobrol lewat telp 

😅
😂 Tnyata kartu asuransi saya mati karena kemarin habis perpanjang ijin tinggal. Mestinya scan kartu ijin tinggal yg baru, disetor lgsg ke kantor asuransi. Lupa pisan... Nasib kartu asuransi nya e-card.. Kl ada yg ga sesuai bisa langsung ga aktif tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kalau ga aktif ya ga bisa berobat ke dokter..

😂 Langsung diurus, 15 menitan kemudian kartu asuransi udah aktif lagi. Alhamdulillah..

😂 Finally! I could met the doctor. Ini dokter THT. Pas masuk ruangan prakteknya mbatin, kok alatnya kyk dokter gigi ya.. Wkwk. Ternyata itu namanya endoskopi.. Haa. Baru tau.

😊 Dokternya baik banget. Mau banyak bertanya dan mendengar dengan sabar. Dari hasil endoskopi dan mungkin jawaban2 buat pertanyaan2 td, kata beliau masalah saya ada 2 : ASMA dan GERD 😲

Sekian ngecaprus tengah malam kali ini. InsyaAllah nanti lagi cerita lbh detil tentang sesi konsul sama dokternya.. Udah panjang soalnya






Share:

Saturday 19 August 2017

Celoteh anak ep 3 : Pizza

Aqila, anak kami yang minggu depan genap 3 tahun, senang sekali masak. Dia suka membantu kami memasak dan sering meminta untuk ditugasi apapun, mengupas bawang, menuang, dsb.

Kemarin lusa saya ajak dia bikin Pizza. Dengan resep dasar yang simpel, dia bisa banyak berpatisipasi.

Saya siapkan dulu semua bahan untuknya supaya nanti dia tinggal tuang2 dan aduk2.

Tepung terigu, ragi roti, air suam kuku, minyak biji labu, garam, semua sudah dia masukkan satu-satu, dicampur dan diremas dengan tangan supaya jadi adonan pizza. Ehh tapi kok... ga kalis2 ya??

Kyaaa tiba2 saya ingat, tadi semua bahan kering + minyak saya siapinnya cuma setengah resep, tapi airnya malah 1 resep full. Jeng jeng.... Yasudah.... akhirnya saya tambahkan lagi bahan2 lainnya supaya semuanya jadi 1 resep full. Nambahinnya agak barbar sih karna udah kburu lewat jam makan.. laper :(

Long story short, pizza nya jadi. Yeayyy. Ini pizza ketiga yang kami buat sendiri semuanya di dapur kami. 2 pizza sebelumnya dgn resep yang sama sudah sukses... berhasil meraih fans setia (pak suami & aqila).

Gigitan pertama.. kok ada yang aneh ya. Kedua, ketiga, dst. Ahh ini mah keasinan!! huhuu.. mana bikinnya td 1 resep full itu kira2 bisa buat 6x makan. Duh!

===

Kemarin siang saya hidangkan lagi sebagian sisa pizza nya buat makan siang, nambahin stok tom yam yg udah tinggal sedikit. Rupaya Qila tergiur melihat pizza nya yg baru keluar oven. Meskipun habis itu dia tampak kecewa sama rasanya hihi.. cuma habis setengah slice orang dewasa.

Malemnya setelah dia bermain semangat banget tuh diajakin makan. Bahagia, mungkin udh lapar. hihi. Senyum2 ke meja makan mininya. Tiba2 jeng jeng.. wajahnya berubah. "Pizza lagi??" Katanya refleks.

Kayaknya berat banget nih mau makan pizza yang ini... Maafkannn yaaa.. gimana lg 1 pan-nya masih banyak.. asinnya juga ga asin2 banget kan. masih biisa ditolelir sama lidah walo agak maksa.. soalnya sayang banget kalau mubazir.. topping tuna keju maksimal lagi... Dan di kulkas masih ada 1 pan lagi! >.<

Percaya pada bunda nak, mungkin sekarang berat, tapi suatu hari nanti percayalah kamu akan mengerti dengan sendirinya karena insyaAllah kelak kamu akan jadi seorang istri dan ibu... *nyari pembenaran. Piss..

Disclaimer : Walaupun begitu alhamdulillah dia habis 1,5 slice, kira2 setengah porsi makan saya. Terharu..


Share:

Celoteh Anak : Minum Teh

Pagi ini sepertinya pak Suami lupa ngabisin dulu tehnya sebelum pergi. Karena perginya dinas luar berhari-hari, ya saya yang habisin aja sehabis makan sekalian saya seduh lagi karena sisa teh di teh celupnya masih banyak. Saya termasuk jarang minum teh. Tapi kali ini suasananya kok pas ya.. di luar gerimis, rumah sudah bersih, anak makannya nyenengin, makan sendiri juga, dan sepertinya dia mulai ngantuk (ngebayangin ga perlu begadang hehe), saya duduk simpuh, lalu berimajinasi sedang prosesi minum teh pakai baju kimono di Jepang diiringi musik tradisional lirih.. damai.. kayak yg ada di film2.Saya pun ingin menyelesaikan imajinasi momen minum teh ini dengan sempurna sampai tetes terakhir teh di gelas saya habis. Wkwk... Momen mewah minum teh seumur2.. (walaupun dalam imajinasi :D)

Lalu tiba2 ada suara anak kecil menghancurkan imajinasi saya ketika tegukan pertama. Dan ternyata itu suara Aqila.

"Loh, bunda kok minum teh pake gelas Bapak sih?"

-______-"


Come back to reality Ma'am.. :D :D

I love you honey.. cutie lil princess. Terimakasih sudah hadir ke dunia ini. *smooch*
Share:

Tuesday 15 August 2017

Montessori di Rumah ala Oma-Oma Austria

Pendidikan Montessori, metode stimulasi anak usia dini yang dikembangkan pertama kali oleh Pendidik dari Italia, Maria Montessori ini pun digunakan oleh pemerintah Austria dalam kurikulum PAUDnya.

Di Leoben semua Playgrup/ day care dan TK menggunakan metode ini dan dipegang langsung oleh para pendidik lulusan sekolah Montessori.

Tidak hanya di sekolah, di rumah pun pendidikan Montessori seolah sudah seperti habit yang dilakukan tanpa sadar oleh para orang tua.

Di sini sangat mudah mendapatkan mainan-mainan edukatif ala Montessori, online maupun offline, baru maupun preloved. Bahkan mungkin, bisa dibilang orang tua bisa sampai tidak menyadari bahwa pendidikan yang selaras dengan Montessori lah yang mereka sedang tanamkan pada anak-anaknya, saking sudah menjadi habit turun-temurun. Setidaknya itu yang saya amati selama ini.

===

Kebanyakan orang tua memfasilitasi anak-anaknya dengan mainan-mainan edukasi ala Montessori di rumahnya. Mainan-mainan ini rupanya terjaga dengan apiknya sehingga meskipun anak-anak mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak, mainan ini masih tersimpan rapi di rumahnya. Dikeluarkan dan dimainkan kembali oleh cucu-cucunya, keponakan, atau bahkan anak koleganya ketika berkunjung.

Beberapa kali saya berkunjung ke rumah senior (oma-oma) di sini, ya rupanya sepertinya memang sudah menjadi hal yang biasa saja. Bagi saya ini hal baru :D Waktu saya kecil, mainan-mainan seperti itu hanya bisa saya lihat di TK. Mainan saya waktu kecil pun sekarang sudah tidak ada bekasnya kecuali boneka kesayangan.

===

Mainan Montessori memang cenderung lebih mahal (di Indonesia), tapi kebanyakan lebih kuat, awet, dan yang utama esensi "bermain sambil belajar"nya lebih mengena. Di sini, semua mainan, Montessori maupun bukan, harganya relatif sama.. jadi yaa.. tinggal pilih saja..

Pikir-pikir sama-sama mahal buat anak, daripada investasi gadget, mending investasi mainan edukatif.. bisa dapat lebih banyak dan insyaAllah manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya. Tinggal berdoa mudah-mudahan rejekinya dilancarkan sama Allah :")

Aqila, Kakak Thifa, Abang Ghaidan & Abang Gaifan bermain Mainan Montessori di Halaman Rumah Tante Yani
Share:

Sunday 14 May 2017

Resep Kue Bolu Kukus tanpa Emulsifier

Untung belum menyerah setelah 2x gagal dengan dua resep yang berbeda :D 


Resep standardnya sebetulnya gampang, tapi berhubung ga nemu emulsifier halal di sini, jadi harus coba-coba berbagai resep tanpa emulsifier. Beruntung akhirnya nemu resep yang pas, jelas, dan berhasil, meskipun di resep yang ke-3. 

Yang pernah bikin pasti tau gimana senangnya pas buka panci ternyata semua bolu kukusnya mekaarr. Hahahhh. Akhirnya bikin lagi buat acara Cafè International di Leoben, Austria.


Ternyata kuncinya :
- adonan benar-benar harus kaku sebelum masuk cetakan (kaku = ketika diusik akan membentuk tekstur yang tidak cpt kembali ke bentuk semula, sulit dituang). Kemarin di mixer selama 20 menit dengan kecepatan tinggi. Deuh.. sampai mixernya anget.



- semakin penuh diisinnya ke dalam cetakan, semakin bagus mekar yang dihasilkan :)


- biar lebih gampang pas masukin adonan ke dalam cetakan, adonan dimasukkan dulu ke dalam plastik spuit


Ada yg berminat nyoba bikin? Gampang kok ternyata. Cek gambar atau catatan di bawahnya ya.

Bahan :
- 250 mg tepung terigu protein sedang (griffig weizen mehl/ segitiga biru)

- 250 mg gula halus
- 125 ml fresh milk (susu poan)
- 2 butir telor utuh
- 1 butir kuning telor
- pasta pandan secukupnya/ pewarna lain sesuai selera

Cara :
1. Semuanya kecuali pasta pandan, dimixer sampai kaku.

2. Pisahkan sedikit adonan untuk dicampur dengan pasta pandan.
3. Masukkan adonan tanpa warna ke dalam cetakan hingga hampir penuh. Penuhkan dengan adonan berwarna.
4. Masukkan ke dalam panci kukus, beri jarak satu sama lain agar mekar sempurna.
5. Bungkus tutup panci dengan lap bersih.

6. Kukus selama kurang lebih 15 menit (air dalam kukusan harus sudah mendidih dulu, tutup panci dibungkus lap untuk menyerap embun supaya tidak netes ke adonan. Tetesan air bisa menyebabkan mekarnya ga kece)

Itu resepnya saya nyontek di sini. *terimakasih mba Farros udah nulis di blog nya


Baca juga : Resep Apfelstrudel, Resep Sup Telur Sayur, Resep Muffin Coklat






Share:

Imunisasi, Ya atau Tidak?

Suatu hari saya membaca sebuah status emosional yang kebetulan muncul di timeline facebook saya. Seseorang sedang menyatakan untuk say no pada vaksin dan mengajak teman-temannya untuk juga tidak usah mengimunisasikan anaknya. Dia baru saja memutuskan anak kedua dan ketiganya untuk tidak diimunisasi sama sekali, alasannya karena anak pertamanya baru saja terkena hepatitis B padahal sudah pernah diimunisasi.

Vaksin saat ini berkembang semakin banyak jenisnya. Saya amati banyak sekali orang tua muda yang bertanya-tanya, apakah buah hatinya harus diimunisasi lengkap atau tidak. Salah satu penyebab kebingungan adalah karena adanya kelompok vaksin wajib (yang disubsidi oleh pemerintah) dan vaksin tidak wajib tapi direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ada juga orang tua yang pernah bertanya-tanya, jangan-jangan vaksin kini tak lain hanyalah produk “bisnis”. Sebagian lagi karena khawatir akan keamanan vaksin. Ini soalnya buah hati ya. Sayapun punya anak sehingga bisa merasakan betapa ingin memberikan perlindungan terbaik untuk buah hati. Tapi manakah yang terbaik, imunisasi atau tidak?

Dear ayah bunda, tetap tenang dan tidak perlu bingung. Untuk memantapkan hati kita cukup perlu merefresh lagi pemahaman kita tentang vaksin dan menggali informasi sedalam-dalamnya. Bisa dengan berkonsultasi secara langsung kepada praktisi kesehatan yang dipercaya atau mengulik sendiri informasi yang valid tentang vaksin dari media. Namun hati-hati dalam memilih media. Sebaiknya pilihlah media yang sudah jelas terpercaya, misalnya jika dari internet, website resmi Ikatan Dokter AnakIndonesia atau website Biofarma (produsen vaksin milik negara Indonesia). Atau website lain dengan domain ".gov" atau ".org". Sebetulnya informasi lengkap tentang setiap vaksin (hingga ringkasan laporan hasil penelitiannya) bisa juga diunduh dengan mudah di website resmi WHO. Hanya memang menggunakan bahasa Inggris.

Mengapa imunisasi itu perlu? Imunisasi adalah cara untuk memancing respon imun tubuh, agar memiliki kekebalan alami terhadap infeksi pernyakit tertentu. Jika suatu saat nanti ternyata bakteri atau virus penyebab infeksi memapar tubuh, tubuh sudah siap dengan antibodi alaminya untuk melawan paparan bakteri atau virus tersebut. Sehingga tubuh terhindar dari infeksi atau kalaupun sakit, tidak separah jika infeksi datang sebelum kita diimunisasi.

Kemajuan teknologi juga berefek pada meningkatnya imigrasi (perpindahan penduduk). Ingat bahwa, berpindahnya seseorang dari suatu daerah ke daerah sangat mungkin membawa serta bakteri atau virus yang endemik di daerah sebelumnya.

Anak-anak usia sekolah paling rentan terinfeksi karena sistem imunnya umumnya belum sesiap kita orang dewasa. Mereka bisa mendapatkan infeksi dari mana saja, lingkungan sekolah (temannya yang terlebih dahulu terinfeksi misalnya), di jalan, lingkungan bergaul di sekitar rumah, dan sebagainya. Mereka juga sangat mungkin menularkan pada anak-anak pra sekolah dan anak-anak lebih muda yang belum diimunisasi ataupun memang belum waktunya diimunisasi.

Hampir semua vaksin yang sudah ada di dunia ini adalah vaksin untuk mencegah infeksi penyakit serius, yang bisa berdampak pada gejala sakit parah, kecacatan, atau bahkan kematian.

Pertimbangkan juga 3 hal di bawah ini jika Ayah Bunda belum mantap untuk mengimunisasikan buah hatinya 

Dalam memantapkan diri untuk mengimunisasikan buah hati, biasanya hal-hal berikut ini yang dipertimbangkan :

1.      1.  Masalah Keamanan dan Mutu Vaksin

Jika kekhawatiran ayah dan ibu adalah masalah keamanan, maka sesungguhnya ayah dan ibu tidak perlu khawatir karena vaksin yang resmi aman untuk digunakan.

Vaksin baru sebelum digunakan oleh masyarakat sudah diteliti selama bertahun-tahun dan juga terus di-review dengan hati-hati oleh para ilmuwan, dokter, pemerintah, dan lembaga kesehatan dunia untuk memastikan keamanannya. Total waktu  penelitian ini bisa memerlukan waktu hingga 12 tahunan.

Proses produksi vaksin juga harus mengikuti regulasi Cara Pembuatan Obat yang Baik yang terstandarisasi dan mengacu pada Good Manufacturing Process yang juga dilakukan di negara-negara maju di dunia. ini dilakukan agar kualitas vaksin terjaga. Sebelum diedarkan, setiap lot produk vaksin harus lulus uji mutu (Quality Control) dan  uji jaminan mutu (Quality Assurance) yang dilakukan oleh produsen vaksin, serta lulus pemeriksaan BPOM. Jadi pengawasannya bertingkat. Setelah lulus, setiap lot vaksin akan diberi sertifikat lulus uji oleh BPOM. Ini untuk menjaga kualitasnya.

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, jika Ayah Bunda ragu, konsultasikan pada praktisi kesehatan atau mempelajari info lengkapnya di website yang terpercaya.

2.      2.  Masalah Efek Vaksin

Seperti obat, vaksin juga mengenal efek samping dan tentunya efek yang diharapkan.

Efek samping tiap vaksin berbeda-beda, tapi umumnya efek sampingnya minor seperti radang pada bagian kulit yang diimunisasi atau sedikit demam selama beberapa hari setelah imunisasi. Efek samping bisa muncul bisa tidak. Efek samping serius yang bisa muncul seperti reaksi alergi misalnya. Oleh karena itu informasikan juga pada dokter jika buah hati punya riwayat alergi terhadap bahan tertentu. Informasi efek samping setiap vaksin juga bisa dipelajari di website yang terpercaya tadi.

Sebagian orang tua yang ragu mengimunisasikan buah hatinya juga mungkin mempertanyakan apakah vaksin akan memberikan efek yang diharapkan. Efek yang diharapkan biasanya disebut sebagai efikasi. Seperti sudah saya sampaikan tadi, sebelum dipasarkan, vaksin sudah melalui tahap penelitian panjang. Di antara tahap penelitian itu, juga bertujuan untuk melihat efikasinya. Hasil penelitian efikasi biasanya menunjukkan persentase keberhasilannya. Misalnya persentase keberhasilannya 99%, maka dari 100 orang yang diimunisasi saat penelitian, hanya 1 yang tetap terjangkit penyakitnya, namun umumnya lebih tidak parah dibanding jika tidak menerima imunisasi sebelumnya. Kalau ragu, konsultasikan saja terlebih dahulu kepada dokter.

3.       3. Masalah Sosial, Ekonomi, dan Agama

Beberapa orang mungkin pernah mendengar bahwa ada beberapa jenis vaksin tertentu yang dalam prosesnya menggunakan atau bersentuhan dengan bahan yang berasal dari hewan tertentu yang tidak diperbolehkan oleh agama atau bertentangan dengan norma sosial.

Bersyukurlah kita yang tinggal di Indonesia karena perusahaan vaksin milik negara Indonesia tidak menggunakan bahan yang berasal dari hewan. Ini dinyatakan di website resminya dan juga dalam suatu kuliah yang pernah saya hadiri, Bapak Dirut Biofarma saat itu juga menyatakan bahwa perusahaan itu menghindari menggunakan bahan yang bertentangan dengan norma agama dan sosial masyarakat kita.

Ada satu vaksin yang beredar di Indonesia yang dalam prosesnya memang bersentuhan dengan bagian tubuh Babi, namun pernah diklarifikasi bahwa proses itu tidak bisa dihilangkan dan itu sudah melalui proses pembilasan berkali-kali sehingga tidak mengandung lagi unsur Babi pada produk akhir. Untuk hal ini, MUI juga sudah mengeluarkan fatwa bahwa untuk vaksin tersebut, hukumnya diperbolehkan, selama belum ada penggantinya. Alhamdulillah bagi kita yang muslim dan tinggal di Indonesia, kerja sama yang baik antara produsen vaksin, pemerintah, dan MUI bisa memberikan ketenangan pada kita dalam menyikapi masalah vaksin ini.

Bagaimana mempertimbangkan faktor ekonomi dalam memutuskan imunisasi atau tidak? Gampang saja, pertimbangkan berapa biaya imunisasi yang Ayah dan Bunda perlukan untuk jenis penyakit tertentu. Lalu bandingkan dengan kerugian kalau buah hati tidak diimunisasikan, lalu (nauzubillahimindzalik) dia terinfeksi sebelum mendapatkan vaksin itu.

Contoh, ini pengalaman pribadi saya sendiri. Saya tidak mengimunisasikan anak saya rotavirus (untuk melawan virus yang menyebabkan infeksi saluran cerna, gejalanya demam, diare dan muntah-muntah berat). Vaksin rotavirus direkomendasikan oleh IDAI tapi waktu itu belum termasuk vaksin wajib. Saya harus membayar cukup mahal, berdekatan dengan itu, ada imunisasi lain yang juga mahal harganya. Karena saya pikir-pikir infeksi rotavirus itu kan hubungannya dengan higienitas, sementara saya yakin akan higienitas lingkungan anak saya, sehingga saya putuskan untuk tidak mengimunisasikan anak saya rotavirus.

Sekitar 1,5 tahun kemudian, di negara yang berbeda, di Austria, ternyata anak saya terkena infeksi virus ini. Sumbernya tidak disangka-sangka, akibat kontak dengan temannya yang ternyata sedang terserang virus ini di hari pertama, sementara orang tuanya belum menyadarinya.

Anak saya berumur 2 tahun, dia harus dirawat di rumah sakit selama kurang lebih 1 minggu. Temannya tidak harus dirawat di rumah sakit, dia sudah pernah mendapatkan imunisasi ini dan umurnya juga 1 tahun lebih besar.

Total biaya rumah sakit yang harus kami keluarkan kurang lebih 3 kali lipat biaya imunisasi vaksin rotavirus, padahal ini sudah dibantu dengan asuransi. Belum kerugian waktu. Anak kami kehilangan waktu bermain, bereksplorasi, sebaliknya dia tergolek lemah di rumah sakit. Selama satu minggu saya ikut tinggal di rumah sakit karena anak saya tidak mau lepas dari saya. Di malam hari hanya saya sendiri yang menemani anak saya karena memang sudah ketentuan dari rumah sakit, hanya satu orang yang boelh menemani. Suami saya di siang hari ijin tidak ke kantor karena jelas kepikiran anaknya yang dirawat di rs, sementara kami bertiga jauh dari keluarga besar. Belum lagi energi yang dikeluarkan, stress, dan juga menyita pikiran keluarga besar. Sepulang anak saya dari RS, gantian suami yang terkena virus ini. Pada saat itu saya dan pihak RS juga menyesalkan anak saya tidak diimunisasi rotavirus. Sejak saat itu betul-betul deh ya, saya bertekad untuk memperjuangkan anak saya mendapatkan semua imunisasi yang sudah ada..

Sekarang, yuk sama-sama jadi masyarakat yang bijak dalam menyikapi vaksin. Jangan dulu katakan tidak pada imunisasi sebelum mempertimbangkan ketiga aspek di atas. Meskipun pada akhirnya keputusan ada pada masing-masing, namun sebaiknya dipertimbangkan juga matang-matang termasuk untung dan ruginya.

Keputusan untuk tidak mengimunisasikan anak terutama untuk vaksin-vaksin yang mencegah penyakit serius ini sama artinya dengan membiarkan anak dan siapapun di sekitarnya untuk terinfeksi penyakit serius. Iya, masalah sakit sudah diatur oleh Allah. Namun berikhtiar untuk tidak terserang penyakit adalah kewajiban kita. Imunisasi adalah salah satu pilihan jalan untuk ikhtiar itu.






Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya