Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Friday 30 December 2016

Resep Muffin Coklat

Pertama bikin muffin coklat adalah dalam rangka belajar bikin kue-kuean manis buat sarapan. Karena suami suka muffin dan coklat, why not coba bikin muffin coklat. Cari-cari resep di internet, nemu yang mudah didapat bahan-bahannya. Setelah dicoba ternyata enak, semua suka, dan praktis, ga perlu mixer.  Langsung deh... catett.. hehehe.
Ini dia foto dan resepnya. Mudah-mudahan kebaca jelas.
Sumber resep : http://www.gutekueche.at/schokoladenmuffins-rezept-2017

Share:

Monday 12 December 2016

Toilet Training Jilid II Hari ke-3 "ALARM DAN JAM PASIR"

Yess Alhamdulillah hari ini kami lalui dengan lebih santai dan anak masih bisa dibujuk rayu dengan stiker dan mainan. Hari ini kami juga konsisten memberlakukan metode alarm dan jam pasir.
Diaper yang 'menjaga'nya selama tidur saya lepas usai sarapan, cuci dan jemur baju anak yang terkena ompol. Setelah itu saya pasang alarm untuk 57 menit ke depan sebagai reminder untuk ke toilet.  Kenapa angkanya tanggung, wk3, kan kami menjadwalkan setap jam anak ke toilet. Kadang kami perlu waktu untuk membujuk, belum lagi kalau sudah di depan pintu toilet si anak gadis ini tiba-tiba kabur. Wkwkwk. Ditambah acara lepas celana dan naik ke potty rata-rata perlu 3 menit. Jadilah alarm nya per 57 menit bukan 60 menit.
Alarm ini beneran bikin kami orang tuanya jadi lebih santai. Stress berkurang. Kami tidak perlu sebentar-sebentar melirik jam dan mengingat-ingat jam berapa ya tadi terakhir pipis dan jam berapa nanti harus ke toilet lagi. Jadi lebih los. Yang penting jangan lupa alarmnya dipasang tiap habis pipis. He3...
Nah, ternyata alarm selain melegakan pikiran kami juga membuat anak kami dengan sendirinya lebih aware dengan jadwalnya ke toilet. Pada awalnya tiap alarm bunyi kami bilang, "aha! Waktunya ke toilet!". Alarm berikutnya sering dia dulu yang merespon.
Tutututut tutututut tututut.. (Alarm berbunyi)
"Watunya apa tuh??" (Waktunya ngapain tuh?) Tanya anak kami yang sedang asik bermain.
Masih soal manajemen waktu, jam pasir kami pakai selama di toilet. Kebetulan anak kami memang pernah saya belikan benda kecil ini sewaktu untuk belajar gosok gigi. Sekarang ternyata berguna juga untuk TT.
Terkadang pipis tidak langsung keluar setelah anak duduk. Harus menunggu beberapa menit, atau bahkan memang belum waktunya keluar. Nah, perkara 'menanti' memang sering bikin galau kan. Itulah fungsinya jam pasir, menghalau kegalauan. Tepat setelah anak duduk di potty, saya balikkan jam pasirnya. Jadi kami hanya perlu menunggu sampai pasirnya habis. Sambil memandangi jam pasir, pasang stiker, nyanyi-nyanyi, ngobrol, supaya tidak bosan. Yap! Bisa juga sih pakai jam, ya kira-kira sampai semua pasirnya turun itu sekitar 3 menit. Tapi saya rasa jam pasir lebih seru.. apalagi untuk anak-anak kan..
Apa yang kami dapat setelah 3 hari TT?
Buat kami orang tuanya, TT itu melatih kesabaran. Hari pertama kami jelaskan ke anak, kalau mau pipis bilang ya, jangan di celana, tapi di toilet. Anak tampak mengerti tapi kok masih bocor-bocor terus?
Ya, dengan kami jelaskan seperti itu dia memang jadi paham pipis itu di toilet. Tapi ternyata pipis sendiri itu apa, kapan itu akan terjadi, kebelet itu bagaimana, justru itu yang belum dia pahami, dan itu sama sekali bukan suatu kesalahan. Wk3... aduh.. ya maaf saya sendiri sudah lupa dulu pas bayi gimana.. hehehe... jadi ya wajar masih bocor.
Nah berdasarkan pengamatan trainer TT newbie ini, di awal-awal kalau sudah duduk di potty dan 'tidak terjadi apa-apa' itu juga kadang karena dia masih terbiasa dengan pipis bukan di potty. Jadi sampai sekarang kalau sekitar 3 menit jam pasir di potty belum juga keluar pipisnya, saya persilakan dia jongkok di shower room, maksimal 3 menitan juga, kalau lama-lama kan ya capek dan bosen kali ya. He3.
Saya percaya bahwa anak adalah peniru ulung. Jadi ya pelajaran dengan contoh real biasanya anak lebih cepat paham. Paham kan maksudnya.. hehe iya... diajak pipis bareng..
Alhamdulillah hari ini 7x pipis, 4 nya sudah di toilet. Tapi yang 4 ini masih karena jadwal. Bukan karena dia sudah ngeh 'aku kebelet pipis' terus bilang mau ke toilet. Wkwkwk.. perjalanan masih panjang tampaknya.. sabarrr semangattt 💪💪💪
Share:

Saturday 10 December 2016

Toilet Training Jilid II Hari Ke-2 "MAINAN KECIL DAN STIKER LUCU"

TT pagi ini dimulai setelah kami selesai rutinitas sarapan pagi ditambah kegiatan baru : cuci dan jemur baju-baju yang kena ompol hasil TT seharian kemarin. Setelah itu diaper anak baru deh dilepas supaya agak 'selow' dulu selepas bangun tidur. Sarapan tenang hatipun nyaman... 😁
Rupanya dua hari ini kami bertiga cukup beruntung karena kok kebetulan anak selalu pupup pas diaper masih dipakai. Hehe Alhamdulillah jadinya bisa fokus dulu sama training pipis.
Training hari ini dimulai dengan anak yang pipis pas lagi mandi pagi. Yeyeyey! Gini kan jadi semangat dan gampang ngitung waktunya. Sama seperti kemarin, setiap jam anak dijadwalkan ke toilet. Kali ini bundanya sudah lebih siap mengantongi beberapa trik bujuk rayu supaya dia mau diajak ke toilet.
"Wah! Waktunya ke toilet! Ayuk.. ayuk.."
"Nein, bunda!"
"Eh, ayo kita bawa kugel bahn nya ke toilet" langsung angkut mainan kugel bahn nya, bawa ke toilet dengan harap-harap cemas dia ngikutin di belakang. Tapi ternyata berhasil (ngajak anak ke toilet) dengan cara ini. Meskipun eng ing eng... belum keluar pipisnya di toilet dan akhirnya bocor habis itu di celana. 😁
Sesi ke-2 ternyata cara tadi ga berhasil. Putar otak, muncullah ide lain.
"Ayo kita ke toilet, pipis trus nanti main binatang laut sama air!"
Yes... bunda menang lagi. Dia mau diajak ke toilet. Ya jadinya main air deh. Tapi masih sama belum beruntungnya, yang ditunggu-tunggu malah keluarnya setelah sudah pakai celana lagi 😅
Sesi ke-3 syukur deh ga perlu pakai iming-iming main air seperti sebelumnya. Suamiku pahlawanku datang tepat waktu. Dia pulang membawa stiker-stiker lucu. Langsung deh itu jadi andalan buat ngajak anak ke toilet. Kalau mau ke toilet, boleh tempel satu stiker di kamar mandi. Kalau pipis di toilet, boleh tempel satu lagi.
Hari ini saya lebih santai sih meskipun accidents masih banyak terjadi. Saya lebih santai setelah baca curhatan teman-teman sesama emak-emak tentang pengalaman TT anak mereka. Ada yang cepat lulus, ada yang butuh berbulan-bulan, ada yang tiba-tiba anaknya mundur lagi padahal sudah lulus TT, ada yang GDD jadi TT nya terlambat dan harus super sabar. Kemarin saya dan suami benar-benar meraba-raba sampai-sampai sempat kesal ke anak karena bocor-bocor terus. Huhu maafkan kami ya sayang. Ini TT anak pertama yang belajar bukan cuma anak tapi orang tuanya juga.
Hari ini sampai lepas sholat isya masih saja bocor. Si bocah sedang pura-pura tidur di sofa ketika kami mengakhiri solat dengan salam. Oleh bapaknya dieluslah kepalanya, maksud hati supaya tidur sekalian. Ga taunya malah bangun, turun dari sofa dia berdiri dan bermain-main. Saat dia ga pakai diaper, mata saya selalu sibuk mengamati bagian belakang celananya. Dan hyaa basah. Rupanya dia ngompol saat pura-pura tidur di sofa, ada jejaknya. 😌 Kalau dirangkum pencapaian TT hari ini, 1x berhasil pipis di toilet, 6x berturut-turut bocor.
Ahh.. saya jadi ga semangat deh.. tapi tetap menguatkan diri alasan kemarin mulai TT kan karena dia sudah sering menolak pakai diaper. Dengan ogah-ogahan saya bilang ke suami, "Aqila pipis tuh."
Karena bagian kakinya tampak kering, saya minta dia pergi ke toilet sendiri untuk lepas sendiri celananya dan tunggu saya datang untuk menceboki. Kamar mandi adalah kamar mandi kering, jadi insya Allah aman. Lucunya anak saya seperti kaget tau celananya basah, dia segera lari ke toilet. Selesai membereskan alat solat kami berdua menyusul ke toilet masih dengan tidak bersemangat. Begitu membuka pintu, alamak kaget saya. Saya pikir dia sedang di dalam ruang shower melepas celananya yang basah kena ompol. Ternyata dia tidak di sana. Dia sedang duduk di atas closet dengan celana legging yang sudah terbuka, CD masih terpakai, dan wajah memantu ke arah closet, mungkin menunggu pipis nya keluar padahal sudah keluar duluan di celana. Hihihiii... saya jadi berbunga-bunga. Semangat saya bangkit lagi. Yesss dia memang sudah siap untuk TT.
Entahlah kenapa tiga sesi toilet berikutnya selalu berhasil dan tak ada bocor lagi malam itu sebelum tidur. Alhamdulillah.. malam ini bisa tidur nyenyak... :D

Smiley kuning yg lagi senyum di atas toilet = pipis pada tempatnya
Smiley biru yg lagi nangis = pipis di celana 😁
2nd day : still so many accidents. Tp Alhamdulillah smiley kuning nya nambah banyak jg.
Mudah2an besok lebih baik lagi :)
You did it great my little princess! Met istirahat ya sayang.. bobo nyenyak.. charge energi sampai full buat besok. Heehe.. 😙😙
#potty_training #hari_2 #toilet_training
Share:

Friday 9 December 2016

Toilet Training Jilid II Hari ke-1 "SEMUA MASIH MERABA-RABA.."

Hari ini kami mulai toilet train anak kami yang berusia 26 bulan. Ini training yang kedua sebenarnya. Yang pertama sekitar 2,5 bulan lalu tidak berhasil. 😅
Hari pertama training yg kedua ini sebenarnya sudah jauh lebih baik dari yg sebelumnya. Dia konsisten sekitar satu jam sekali pipisnya. Yang sebelumnya dalam satu jam bisa pipis berkali-kali. Wkwkwk. Hari ini so far sudah 7x pipis, 6 di antaranya accidents 😂  Masalahnya adalah dia tidak mau diajak ke toilet 😫 Padahal sebelumnya sangat tertarik untuk ke toilet, sekedar duduk-duduk di atas potty. Eucht.
Usaha yang sudah dilakukan hari ini :
1. Memujinya setelah berhasil pipis di toilet, yang rupanya itu keberhasilan pertama dan terakhir di hari ini 😅
2. Mengajaknya memasang stiker keberhasilan (aslinya ini print-an gambar smiley duduk di atas toilet, yang dipotong kecil-kecil, difungsikan kayak stiker. Kalau dia berhasil, olesin lem, tempel di tabel potty training.)
3. Tak henti-hentinya mengingatkan, memastikan dia mengerti, dan menawarkan ke toilet setiap menjelang jamnya untuk pipis.
Sementara yang terjadi adalah :
Sehabis pipis...
"Aqila.. nanti kalau mau pipis bilang dulu ya, ditahan, kita pipis di toilet. Jangan pipis di celana, di toilet aja, biar celananya engga basah, jadi tetap nyaman" (serius deh, dia udah paham arti nyaman. He3...)
"Yaa"
"Pinter. Bilangnya gimana?"
"Bundaa mau pipiis"
Bunda dan bapak pun tersenyum bangga.
Menjelang satu jam kemudian..
"Qila udah mau sejam nih, yuk pipis di toilet dulu"
"Ndak! Ndak!"
"Aqila mau pipis?"
"Aqila ndak mau pipis"
"Oke. Nanti bilang ya sebelum pipis, kita ke toilet.. (BELUM SAMPAI MINGKEM, TIBA2 UDAH BASAH)"
Dimulai dengan ketawa ketiwi bersama suami pada accident yang pertama, diakhiri dengan cemberut berjamaah di accident ke-6, terakhir sebelum dia tidur. Saat tidur, kami masih pakaikan dia diaper.
Ahhh pe-er banget ini membuat rayuan maut supaya dia mau dibujuk ke toilet.
Sejauh ini yang sudah terpikirkan (yang tadi ga sempat terpikirkan...)
1. Tawarkan ajak satu dari mainan-mainannya : si Mbak, dedek, Habibi, Teddy Bear, atau mainan lain ke toilet
2. Tawarkan pasang sticker lucu di toilet. Yang ini masalahnya belum ada hehehe... nunggu besok bapaknya beli dulu setelah solat Jumat.
3. Belum kepikiran ide lain....
Jadi ingat moto sahabat saya waktu SMA.. "Jalani hidup dengan senyuman ^_^". Mudah-mudahan hari esok lebih baik dari hari ini... 💪💪
Share:

Thursday 24 November 2016

Fusili Keju Udang

Shock banget hari ini timbangan anak ga naik. Hikss.. Padahal bulan lalu naiknya membahagiakan. Curiga kalori makanannya kurang sebulan kemarin. Memang bulan ini dirinya lagi bosen keju-kejuan juga. Sedangkan bulan lalu, di makanannya, ya di lauk, ya karbo, ya sayur, hampir semuanya selalu ditambahin booster kalori, kalau ga keju ya santan, atau butter. Jadinya sebulan ke depan bertekad kembalikan keju dan santan ke piring. Lalu kita lihat hasilnya gimana. Yoossshh...
Tiba-tiba kepikiran bikin beginian buat merapihkan catatan resep pribadi, biar lebih menarik juga. Selama ini menu-menu favorit keluarga saya tulis aja manual di buku sakti. Hehe, tapi itu juga kalau lagi rajin aja. Semoga yang sekarang mah bisa lebih konsisten dan bermanfaat. Eh, semoga setelah di-post di blog ini bisa kebaca jelas juga. Aamiiin..

Menu ini simpel, praktis, bergizi, dan menarik buat anak. Kalau untuk anak saya, masih ditemani sup lagi di mangkok kecil di mejanya, supaya dia dapat juga asupan kaldu dan sari sayuran yang lain. Boleh lho kalau mau dicoba... hehehe.. :D :D
Share:

Monday 7 November 2016

German Conversation Winter Semester 2016 #1st_day

Deutschkonversation Wintersemester 2016 #erster_Tag
Winter semester sudah dimulai sejak September yang lalu. German Conversation pun dimulai lagi. Ini adalah salah satu kegiatan sosial dari Leoben United Friends Team, komunitas informal yang merangkul semua warga asing yang punya aktivitas di Leoben. Native speaker nya adalah volunteer, tidak dibayar. Setiap peserta yang ikut juga tidak perlu membayar, hanya perlu menggantikan 10 sen untuk setiap lembar kopi modul singkat yang dibagikan. Rata-rata per hari maksimal 3 lembar atau bisa kurang atau kadang tidak ada kopi modul sama sekali.
Sama seperti tahun yang lalu, tahun ini diselenggarakan di Kulturbundraum Leoben (Gedung Federasi Budaya kota Leoben), setiap hari Kamis pukul 17.00 - 18.00 untuk Anfänger (Beginners) dan 18.00-19.00 untuk Fortgeschrittene (Advanced).
Germankonversattion bukanlah kursus Bahasa Jerman. Ini hanya semacam wadah bagi warga asing yang ingin melancarkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman dengan baik. Native speaker akan selalu memancing setiap peserta untuk berbicara panjang dalam Bahasa Jerman, lalu mengoreksi jika terdapat kesalahan, menjawab jika ada yang ingin tahu, dan memberikan cerita tentang budaya-budaya di sekitar Austria, Jerman, dan negara-negara lain di Eropa. Setiap pertanyaan harus dalam Bahasa Jerman, penjelasan juga dalam Bahasa Jerman. Kalau sudah benar-benar kesulitan, Bahasa Inggris boleh digunakan.
Sumber : FB Group LUFT (https://www.facebook.com/groups/207051819309184/?fref=ts)
Setiap pertemuan akan memperbincangkan topik tertentu. Misalnya, hari pertama kemarin adalah sesi perkenalan dan menceritakan pengalaman liburan musim panas.
Native speaker-nya adalah Mag. Christa Marthin. Beliau adalah seorang ibu pengajar yang berasal dari Dresden, Jerman dan sudah berpengalaman selama 40 tahun mengajar Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Saat ini beliau sudah pensiun dari pekerjaannya, tetapi masih aktif mengajar untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti Deutschkonversation ini, mengajar bahasa untuk anak-anak yang memiliki "keterbatasan" mental, mengajar bahasa Jerman untuk pengungsi Timur Tengah, dan lain-lain.
Erster Tag - Anfänger
Hari pertama setiap peserta memperkenalkan diri dalam Bahasa Jerman, diawali oleh Frau Christa Martha yang memberikan contoh. Setiap orang setidaknya dalam perkenalannya dapat menjawab semua pertanyaan berikut :
1. Wie heißen Sie? (What is your name?)
2. Woher kommen Sie? (Where do you come from?)
3. Wie lange sind Sie in Österreich? (How long have you been in Austria?)
4. Wo wohnen Sie? (Where do you live?)
5. Seit wann lernen Sie Deutsch? (Since when have you learned German?)
6. Sind Sie verheiratet? (Are you married?)
7. Haben Sie Kinder? (Do you have children?)
8. Was machen Sie gerne in Ihrer Freizeit? (What do you do in your holiday?)
9. Was ist Ihr Lieblingsessen? (What is your favorite food?)
10. Was essen Sie gar nicht gerne? (What food you don't like at all?)
Hallo. Ich heiße Vidyasari. Ich komme aus Indonesien. Mein Name besteht aus nur einem Wort. Das ist Vorname. Ich habe keinen mittleren Namen und keinen Familiennamen. Das ist normal in Indonesien, nicht wie hier, dass jedermann Familienname haben sollte. Ich komme hier, um meinen Mann zu begleiten. Er erhält Stipendium des ÖAD zum Doktorat in Uni. Seine Abteilung ist Wirtschaftsgeologie. Wir haben eine Tochter. Sie ist jetzt zwei Jahre alt. Ich und meine Tochter sind hier seit einem Jahr, sechs Monate nachdem mein Mann hier angekommen. Ich bin eine Apothekerin. Hier muss gut Deutsch sprechen können, zu arbeiten oder Magister zu studieren. Deshalb lerne ich Deutsch und versuche so viel wie möglich zu üben. Ich möchte auch soziale Kontakte mit dem Bürger auf Deutsch machen. Ich habe Deutsch seit 15 Monaten gelernt. Aber ich habe auf Deutschkurs nur für zwei Monate besucht. Ich lese, wandere, reise, koche, und schreibe gerne. Rührei ist mein Lieblingsessen. Ich mag kein Essen, das zu scharf ist.
(*)
Erster Tag - Fortgeschrittene
Setelah perkenalan singkat, pada sesi ini tiap orang diminta untuk menceritakan liburan musim panasnya secara bergiliran, dengan bantuan beberapa kata kunci yang sudah tertulis pada potongan kertas kecil. Satu potong kertas, satu kata kunci. Kata kunci yang sudah digunakan oleh orang sebelumnya tidak boleh digunakan lagi oleh orang sesudahnya, kecuali jika tidak ada lagi yang sesuai.
Cerita dimulai dengan "Dieser Sommerurlaub war...." (this summer holiday was...)
Dieser Sommerurlaub war...
Kata kunci :
abenteuerlich (adventurous)
anregend (stimulating)
erstaunlich (amazing)
belastend (burdensome)
ermüdend (tiring)
bedrohlich (threatening)
traurig (sad)
schön (beautiful)
langweilig (boring)
zu lange (too long)
zu kurz (too short)
interessant (interesting)
heiß (hot)
Dieser Sommerurlaub war...
interessant. Dieser Sommerurlaub wurde durch Eid Mubarak Feier begonnen. Ich habe es mit anderen Indonesischen-Moslems, die in Österreich leben, gefeiert. Wir haben in Indonesien Botschaft für Wien gefeiert. Die Botschaft hat Indonesischen-spezielle-Kulinarisch für Eid zur Verfügung gestellt.
Aber drei Tage danach, muss meine Tochter im Krankenhaus behandelt werden. Sie hat akuter Halsschmerzen gehabt. Es war sehr hart, damit sie nicht trinken und essen wollte. Da war sie dehydriert. Sie ist fünf Tage im Krankenhaus geblieben. Das war traurig. Gott sei Dank, war sie endlich gesund nach dem vier Tage.
Danach sind ich und meine Tochter auf dem Drei Zinnen gewandert. Die Landschaft entlang des Wanderweges war sehr schön. Wir haben es wirklich genossen. Das Wetter war warm, nicht zu heiß, nicht zu kalt. Sehr schön. Das war wirklich abenteuerlich, erstaunlich, schön und interessant.
Dieser Sommerurlaub war auch ermüdend, weil wir umgezogen sind. Wir haben unsere neue Wohnung und den Geburtstag unserer Tochter zusammen gefeiert.
Zum glücklich, gibt es eine größte Airshow in der Provinz. Es war wirklich erstaunlich, entweder die Show und das Publikum.
Leider ist meine Tochter noch einmal im Krankenhaus geblieben. Diesmal wegen starkem Erbrechen und Durchfall, verursacht durch Rotavirus. Fünf Tage im Krankenhaus. Zwei Tage später hat mein Vater in Indonesien einen Unfall bekommen. Er hat mittlere Kopfverletzung bis zum Koma. Die waren wirklich traurig. Gott sei Dank, jetzt meine Tochter ist gut und mein Vater wird immer besser nach Gehirnchirurgie.
Dieser sommerurlaub ist durch Ausflug nach Innsbruck beendet worden. Wir sind nach Innsbruck gefahren, weil mein Mann als Sprecher in einer Konferenz eingeladen wurde. Sein Departement hat alle Kosten der Unterkunft für Sprecher und Familie bezahlt. Während mein Mann an der Veranstaltung teilgenommen hat, sind ich und meine Tochter auf dem Nordkette-Berg gewandert, Alpen Zoo besucht, und auch um die Stadt herum gegangen. Es sollte 100 % interessant sein, aber es war nicht. Ich konnte nicht die Reise genießen, während mein Vater kämpfte gegen seine Chirurgie Rehabilitation.
So viele Dinge sind passiert. Dieser Sommerurlaub war interessant, abenteuerlich, erstaunlich, schön, aber auch ermüdend und traurig.
(*)
*Struktur kalimat berbahasa Jerman dan penulisannya tidak dijamin kebenarannya 100%, karena ditulis semata-mata hanya sebagai latihan. Harap maklum dan menerima koreksi dengan tangan terbuka bila ada yang kurang tepat. Terimakasih ;);)
Share:

Saturday 22 October 2016

Mengapa Perlu Mengisi Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak?

Pastikan Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak kita terisi dengan lengkap ya setiap kali kunjungan ke dokter. Ingatkan dokter jika beliau lupa. Seringkali sulit bagi kita mengingat informasi medis dan tumbuh kembang anak yang penting di kemudian hari, apalagi jika anak kita kemudian memiliki adik, dan adiknya punya adik lagi, dan seterusnya. Hehe. Juga, seringkali di ruang tunggu praktek, sedang menunggu anak kecil lain yang kesakitan. Informasi cepat dan akurat di Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak akan mengurangi waktu yang terbuang karena kita harus mengingat-ingat informasi detail di masa lalu. Pemeriksaan jadi efisien, efektif, tapi menyeluruh terhadap anak kita.
Yuk, kita bantu ciptakan pelayanan kesehatan berkelanjutan dan menyeluruh untuk anak-anak kita. 💪:)💪
Sekitar 3 bulanan yang lalu, datang surat dari Eltern Kind Information Service (Layanan Informasi Orang Tua dan Anak dari pemerintah Austria) ke alamat kami. Isi surat tersebut adalah reminder jadwal untuk pemeriksaan tumbuh kembang oleh dokter spesialis anak untuk anak-anak usia 22-26 bulan. Pemeriksaan tersebut gratis untuk setiap anak yang memiliki ijin tinggal di Austria.
Setelah sempat tertunda karena anak saya terserang Rotavirus, akhirnya pekan lalu saya dan anak bertandang ke tempat praktek dokter spesialis anak. Baik resepsionis, asisten dokter, maupun dokter anaknya, semuanya menanyakan apakah saya memiliki "Mutter-Kind-Pass", Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Austria. Saya katakan tidak, karena anak saya lahir di Indonesia, sembari menyerahkan buku serupa yang saya dapatkan setelah persalinan di Indonesia.
Dokter dengan telaten membolak-balik satu-persatu halaman dari awal hingga akhir. Sepertinya agak sedikit kecewa karena tidak semua informasi yang beliau cari tertulis di buku atau mungkin juga justru terkesima pada gambar-gambar karikatur di setiap halamannya, who knows :D Tapi beliau sempat bermonolog mengapa tabel-tabelnya dibiarkan kosong tidak terisi (tabel bagian pemeriksaan selama hamil dan pasca melahirkan).
Rupanya informasi-informasi berikut ini yang beliau inginkan (yang selalu didokumentasikan oleh dokter kandungan dan dokter anak di dalam Mutter-Kind-Pass) :
1. Hasil pemeriksaan selama kehamilan, termasuk hasil tes lab dan USG
2. Medikasi apa saja yang ibu jalani selama hamil
3. Catatan persalinan
4. Hasil pemeriksaan bayi seketika setelah lahir
5. Hasil pemeriksaan ibu selama masa nifas, termasuk medikasi dan imunisasi terhadap ibu
6. Hasil pemeriksaan tumbuh kembang bayi berkala yang pernah dijalani sebelumnya (termasuk di antaranya berat & tinggi badan, serta lingkar kepala)
7. Rekam vaksinasi
Di Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak milik saya (diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia) sebenarnya ke-tujuh poin tersebut sudah ada form, tabel, maupun chart nya. Namun, hanya bagian Catatan Persalinan, Rekam Vaksinasi, dan Grafik Berat Badan bulanan saja yang terisi. Lainnya kosong, baik hasil pemeriksaan selama hamil maupun pemeriksaan tumbuh kembang.
Bagian pemeriksaan hamil memang dibiarkan kosong karena diisi di Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak dari RSIA Hermina Pasteur (selama 8 bulan pertama kehamilan saya tinggal di Bandung). Setelahnya hingga persalinan berada di Wonosobo. Nah, di bagian pemeriksaan tumbuh kembang, memang pada saat itu, hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak saya di Indonesia selalu dilakukan berbarengan dengan vaksinasi. Rekam tumbuh kembang dicatatnya hanya di rekam medis dokter dan kepala saya, tidak dicatat di buku. Yang dicatat hanya rekam vaksinasi dan berat badan anak.
Selama di Indonesia, vaksinasi sekaligus konsultasi tumbuh kembang anak saya sempat dilakukan di 3 kota yang berbeda. Jadi, 3 dokter anak yang berbeda. Pada saat pemeriksaan sudah terbiasa dengar pertanyaan-pertanyaan tentang "masa lalu", seperti kapan tumbuh gigi pertama kali, merangkak, jalan, makan, tinggi badan saat umur sekian, sakit atau sehat ketika chart berat badan turun, riwayat sakit, dsb. Kadang terjawab dengan lancar, kadang hanya perkiraan karena tidak mungkin bisa ingat semuanya dengan detail. Informasi kira-kira ini sepertinya sudah jadi hal yang biasa dan dimaklumi. Mungkin juga karena anak saya Alhamdulillah tidak memiliki tanda kelainan apapun. Tapi ketika sesuatu tidak diharapkan terjadi, misal seperti kok beberapa bulan yang lalu berat badan di grafik KMS turun drastis. Apa yang terjadi waktu itu secara medis, konsultasi dengan dokter hanya bisa menghasilkan kesimpulan mentah karena data aktual hanya "di awang-awang" pada saat konsultasi.
Berbeda ketika hal serupa dilakukan di sini. Mungkin juga karena informasi demikian seharusnya tidak perlu dikira-kira karena tinggal dibuka di Buku-Kesehatan-Ibu-dan-Anak seandainya saja setiap konsultasi selalu terdokumentasi. Tenaga kesehatan di sini sudah terbiasa mendapatkan semua informasi tumbuh kembang yang diperlukan dari Mutter-Kind-Psss, sehingga jika terdapat ketidaksesuaian tumbuh kembang bisa terdeteksi dan diantisipasi resiko beratnya sejak dini. Pernyataan yang saya bold tertulis di Mutter-Kind-Pass.
Akhirnya, dokter memberikan saya Mutter-Kind-Pass terbitan kementerian kesehatan Austria itu, dan meminta saya mengisikan sendiri hasil-hasil pemeriksaan yang umum selama di Indonesia ke kolom-kolom yang ada, misalnya seperti perkembangannya, riwayat sakitnya, dll yang umum.
Sekilas tentang Mutter-Kind-Pass Rep. Austria berdasarkan pemahaman saya setelah membaca seluruh isi buku ini.
Mutter-Kind-Pass adalah sebuah ide bagus untuk menjaga sistem pelayanan kesehatan berkelanjutan pada seorang anak dimulai sejak dirinya berada di dalam kandungan. Ibu hamil di Austria akan mendapatkan Mutter-Kind-Pass sejak pertama kunjungannya ke dokter Obgyn. Semua rumah sakit dan dokter menggunakan Mutter-Kind-Pass yang sama.
Sesuai namanya "Pass" (=passport (EN)), memang ukurannya similar dengan paspor. Isinya sangat to the point. Hanya pengantar, lalu jadwal kontrol ibu dan anak, serta form yang mencakup ke-7 poin di atas tadi.
Pada Mutter-Kind-Pass juga disertakan brosur terpisah knowledge management untuk ibu hamil dan menyusui serta tumbuh kembang anak.
Setiap kontrol, dokter akan mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis di tempat prakteknya juga pada Mutter-Kind-Pass. Ini sudah menjadi SOP nya. Sehingga ke dokter mana pun bumil, busui, dan anaknya kontrol, dokter yang baru akan mendapatkan gambaran kondisi kesehatan sebelumnya dari Mutter-Kind-Pass. Informasi diperoleh dengan akurat dan cepat. Selain kontrol rutin, jika suatu saat terserang penyakit atau kelainan tertentu, dokter akan menelusuri faktor resiko penyebabnya secara menyeluruh, jika diperlukan, termasuk informasi mengenai medikasi terhadap ibu selama kehamilan.
Bagaimana kalau Mutter-Kind-Pass lupa dibawa ya saat ke dokter? Hmm kayaknya mah ga akan lupa sih, karena rupanya Mutter-Kind-Pass ini adalah "tiket" untuk mendapatkan tunjangan untuk ibu dan anak dari pemerintah. Ya, setiap anak yang ayahnya sudah membayar pajak penghasilan kepada pemerintah Austria, berhak mendapatkan tunjangan. Nah ibunya juga, kalau mau tidak bekerja, berhak mendapatkan tunjangan selama 2 tahun, dan disebut sebagai Karenz. Totally normal, pajaknya saja besar.. kurang lebih 45% dari penghasilan brutto 😮😮.
Kembali ke Mutter-Kind-Pass. Di dalam nya tertera jadwal 5x pemeriksaan wajib selama hamil, dan 5x tidak wajib, beberapa kali pemeriksaan selama nifas, dan 9x pemeriksaan tumbuh kembang anak setelah lahir.
Pemeriksaan Wajib untuk Ibu Hamil :
1. 1× pada usia kehamilan 16W (cek darah)
2. 1x pada usia kehamilan 17-20W (cek dalam)
3. 1x pada usia kehamilan 25-28W (cek darah)
4. 1x pada usia kehamilan 30-34W
5. 1x pada usia kehamilan 38W
Pemeriksaan tidak wajib ibu hamil :
1. 1x USG pada usia kehamilan 8-12W
2. 1x USG pada usia kehamilan 18-22W
3. 1x USG pada usia kehamilan 30-34W
4. 1× USG setelah anak lahir minggu pertama
5. 1× USG setelah anak lahir 6-8 minggu
Pemeriksaan wajib untuk anak (di luar jadwal imunisasi) :
1. 1x pada minggu pertama kelahirannya
2. 1x pada minggu ke-4 sampai ke-7 (termasuk pemeriksaan ortopedi)
3. 1x pada bulan ke-3 sampai 5
4. 1x pada bulan ke-7 sampai 9 (termasuk pemeriksaan THT)
5. 1x pada bulan ke-10 sampai 14 (termasuk pemeriksaan mata)
Pemeriksaan tidak wajib untuk anak :
1. 1× pada bulan ke-22 sampai 26 (termasuk pemeriksaan mata)
2. 1x pada bulan ke-34 sampai 38, sekitar ulang tahun anak ke-3
3. 1x pada bulan ke-46 sampai 50, sekitar ulang tahun anak ke-4
4. 1x pada bulan ke-58 sampai 62, sekitar ulang tahun anak ke-5
Status pemeriksaan "wajib" dan "tidak wajib" dalam Mutter-Kind-Pass berpengaruh pada pencairan tunjangan. Seluruh pemeriksaan wajib harus terlaksana dan terdokumentasi, stempel dan cap dokter di Mutter-Kind-Pass seusai pemeriksaan harus ditunjukkan kepada pihak asuransi. Di sini kantor asuransi berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam urusan pencairan tunjangan. Tidak terlaksananya pemeriksaan wajib akan menyebabkan tunjangan dihentikan atau dikurangi. Sementara pemeriksaan tidak wajib, jika tidak dilaksanakan maka tidak akan mempengaruhi tunjangan.
Jadi, dalam situasi saya, walaupun pemeriksaan tumbuh kembang dilakukan berkali-kali selama di Indonesia dan bisa disinkronkan waktunya apakah sesuai dengan jadwal yang diwajibkan untuk kontrol, tetap tidak bisa digunakan untuk mencairkan tunjangan karena tidak ada dokumentasi, cap, dan stempel asli dari dokter yang memeriksa.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran kali ini : Pastikan Buku Kesehatan Ibu dan Anak kita terisi dengan lengkap ya setiap kali kunjungan ke dokter. Ingatkan dokter jika beliau lupa. Seringkali sulit bagi kita mengingat informasi medis dan tumbuh kembang anak yang penting di kemudian hari, apalagi jika anak kita kemudian memiliki adik, dan adiknya punya adik lagi, dan seterusnya. Hehe. Yuk, kita bantu ciptakan pelayanan kesehatan berkelanjutan dan menyeluruh untuk anak-anak kita. 💪:)💪
Salam dari Leoben, Austria.
Share:

Saturday 15 October 2016

Ayam Panggang Paprika


Akhir-akhir ini suka masak yang simpel-simpel aja. Tapi agak bosan juga karena untuk ayam masak yang simpel paling hanya sop, kaldu, ayam goreng. Pengen bikin ayam panggang tapi yang simpel, ternyata ada lho. Resepnya ngintip di video ini saya, saya tuliskan di bawah juga, beserta tips-tips nya berdasarkan percobaan saya. Arahan rasanya beda ya sama ayam panggang yang sering ditemui di Indonesia. Dua-duanya sama-sama unik dan enak. Suami sama anak ternyata suka lho, saya apalagi. Hehe. Repeat order deh.
Bahan :
1,5 kg Ayam
1 siung bawang bombay besar, iris tipis
2 buah tomat merah (tomat buah/ tomat chery) besar, iris bulat
+/- 5 sdm paprika bubuk
+/- 5 sdm minyak nabati/ mentega
+/- 2 sdm garam dapur
Setengah buah jeruk baby
Cara membuat :
1. Potong ayam sesuai selera, lalu cuci bersih. Bisa juga menggunakan ayam utuh, tidak dipotong. (Semakin kecil ukuran potongan ayam, waktu memanggang semakin singkat. Saya pernah mencoba ayam utuh, ayam potongan besar, dan kecil. Saya pribadi prefer yang potongan kecil kalau hanya untuk sehari-hari sih, lebih cepat matang, dagingnya juga lebih renyah dan gurih. Kalau untuk acara-acara khusus, ayam utuh lebih terlihat mewah di atas meja).
2. Blansir ayam dengan air mendidih kurang lebih 3 menit (ini untuk potongan ayam kecil. Semakin besar potongannya, setelah diblansir sebaiknya di rebus lagi beberapa lama supaya waktu memanggang tidak terlalu lama.)
3. Tiriskan ayam.
4. Panaskan oven 200°C.
5. Buat bumbu oles : Campurkan minyak nabati/ mentega, paprika bubuk, dan garam di mangkok. Aduk sampai rata.
6. Balurkan bumbu pada ayam dengan menggunakan kuas masak. Oleskan hingga seluruh permukaan ayam tertutup bumbu. (Jangan terlalu tipis supaya bumbu meresap ke dalam daging. Pada saat dipanggang, air dari dalam ayam akan keluar sehingga ada sebagian bumbu yang akan terbawa menjadi kuah kental).
7. Simpan ayam ke dalam loyang panggang. Taburkan bawang bombay dan tomat, perasan jeruk baby.
dscn8744
Siap dipanggang..

8. Panggang ayam di dalam oven, kurang lebih 45-50 menit untuk potongan ayam kecil. Pastikan bawang bombay dan tomat sudah layu. Pastikan juga ayam sudah matang hingga ke tulang menggunakan tusuk gigi atau garpu.
9. Lebih nikmati dimakan bersama nasi hangat dan sambal. Nymmm.. Selamat mencoba! :mrgreen:
image

Intip resep lainnya di sini :
Share:

Thursday 13 October 2016

"Abah, Anakmu Ingin Bertemu... Babah, Dicari Cucumu.."

Minggu pagi 18 September 2016, saya terbangun dengan ceria. Anak saya akhirnya sembuh dari Rotavirus yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Sudah seminggu terakhir sejak anak saya muntah dan diare intens, kami sekeluarga tidak punya banyak waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia. Maka hari itu, setelah akhirnya anak saya sembuh, saya berencana menghabiskan hari dengan menghubungi orang tua dan mertua, juga kakak dan adik kami sekeluarga, serta jalan-jalan santai di luar rumah, sudah satu minggu hanya berada di dalam ruangan.
Baru saya buka HP sebentar, kakak ipar saya menelepon. Betapa senangnya saya. Ternyata sehati, pikir saya. Kakak ipar menanyakan kabar saya, lalu minta nomor hp keluarga sepupu kami juga tetangga orang tua kami. Saya tidak curiga. Telepon dimatikan, saya langsung cari contactnya di HP. Belum ketemu, tiba-tiba ada whatsapp call masuk. Ternyata anak dari sepupu saya. Dia juga menanyakan kabar saya dan meminta nomor hp kakak/ kakak ipar saya. Dua telepon yang singkat. Saya mulai curiga. Khawatir ada sesuatu yang urgent, saya buru-buru mengirimkan nomor yang diminta ke masing-masing. Saya tunggu beberapa saat supaya mereka bisa saling menghubungi. Baru kemudian, mencoba untuk tenang, saya tanyakan ada apa kepada kakak ipar saya. Lalu berita mengagetkan itupun saya dengar. Sambil menangis kakak ipar saya berkata, abah terjatuh dari lantai dua ke halaman rumah. Beliau tidak sadarkan diri, sudah dibawa ke rumah sakit umum di dekat rumah, lalu dirujuk ke rumah sakit di kota lain yang lebih besar. Sontak sayapun ikut menangis.
Saya diminta untuk tenang menunggu kabar perkembangan abah. Di grup keluarga besar mulai di-broadcast informasi bahwa abah dirujuk dalam keadaan kritis dan minta didoakan sebanyak-banyaknya. Keluarga besar juga banyak merapat ke rumah sakit. Hati saya tercabik-cabik. Empat jam kemudian, kabar masih tak kunjung datang. Saya coba hubungi ibu dan saudara-saudara yang ada di rumah sakit. Saya tidak mendapatkan informasi yang saya inginkan, tentang kondisi medis Abah ataupun sekedar info bahwa sedang ada dokter yang menangani. Sambil panik saudara saya hanya minta saya untuk berdoa. Saya ingin pulang saat itu juga. Tapi saya harus realistis juga, kami tinggal di Eropa. Tabungan kami hanya cukup membiayai satu perjalanan tiket pulang. Sementara saya punya batita. Tidak ada pilihan lain selain hanya menunggu dan terus berdoa. Saya kerjakan pekerjaan sehari-hari yang mau tidak mau tetap harus dikerjakan sambil ndremimil mengirim surat Al Fathihah untuk Abah.
Tiba-tiba saya ingat. Saya punya teman seorang dokter di rumah sakit itu. Maka saya hubungi dia. Ternyata dia sudah resign dan tinggal di Eropa juga. Tapi betapa beruntungnya saya, dia ternyata masih menjalin komunikasi dengan rekan-rekan dokter di rumah sakit itu. Dengan cekatan dia membantu saya mencarikan info tentang kondisi medis Abah. Alhamdulillah meskipun diagnosanya berat, tapi saya mendapat kejelasan dan banyak saran dari pandangan seorang dokter.
Abah mengalami cedera otak sedang. Ada pendarahan yang menyebabkan beliau tidak bisa bergerak juga merespon suara dari lingkungan dan pendarahan itu harus dievakuasi segera melalui operasi. Astagfirullah. Saya tegang. Selagi menunggu penjelasan dari teman saya itu, suami tidak bisa tinggal diam. Dia langsung memforward pesan berbahasa medis ke temannya yang juga dokter. Dan kami mendapat info serupa yang saling melengkapi. Intinya tetap, harus dioperasi segera.
Karena tidak ada keluarga yang bisa memberikan informasi realtime perkembangan di rumah sakit, bahkan hingga malam tiba, maka saya khawatir. Kami tak hentinya mencoba menghubungi keluarga untuk memastikan bahwa jika dokter sudah menawarkan solusi operasi, maka harus disetujui. Syukurlah, kakak saya sebagai laki-laki tertua pengganti Abah di keluarga kecil kami, yang saat itu masih dalam perjalanan dari Tanjung Balai, memiliki tabiat selalu percaya pada ahlinya. Maka dia yang ternyata dihubungi via telepon oleh dokter, langsung menyatakan setuju operasi dilakukan dan tidak perlu menunggu kakak saya sampai di rumah sakit terlebih dulu. Walaupun pada akhirnya ternyata operasi baru siap dilaksanalan sesaat setelah kakak saya sampai rumah sakit.
Syukurlah, setelah itu saya mulai bisa mendapatkan info real time dari rumah sakit via kakak ipar. Termasuk saat operasi akan dimulai, pukul 6 pagi waktu Indonesia Barat atau 1 malam waktu di negara kami tinggal. Semalaman saya masih terus ndremimil Al Fathihah dengan kecepatan yang kian lama kian berkurang karena stamina menurun. Saya tidak bisa tidur membayangkan Abah terbaring koma di UGD, masih bisa mendengar tapi tidak bisa merespon, ibu dan keluarga besar lain menunggu di luar UGD dari pagi hingga hampir pagi lagi, kakak ipar saya sedang hamil dan anaknya yang batita juga turut di sana, mereka juga pasti sangat lelah dan tidak bisa tidur.
Alhamdulillah operasi dinyatakan berjalan lancar dua jam kemudian. Saat itulah, saya mulai bisa sedikit bernafas lega dan memejamkan mata...
Hari ini, kondisi Abah sudah semakin membaik. Beliau sedang belajar jalan dan sudah mulai kuat jalan dari ruang tamu ke kamar. Ingatannya masih perlu pemulihan. Lusa yang lalu, saya sempat ngobrol dengan beliau cukup lama di telepon. Suaranya begitu sehat. Hanya badannya saja yang masih lemah. Beliau banyak bertanya tentang apa-apa yang beliau lupa, tentang background pendidikan saya dan suami juga yang sedang dijalani, kami ada di mana, sampai kapan, umur anak saya, apakah sudah waktunya sekolah, nama urutan sekolah, dsb, saya jawab semua yang beliau tanya perlahan, beliau senang mendengarnya seolah rasa penasarannya terjawab sudah. Beliau sempat curhat, merasa badannya remuk dan pesimis tidak bisa kembali seperti dulu. Juga sangat ingin bertemu dengan kami. Bagian ini membuat saya ingin sekali pulang dan menemani Abah membantu proses pemulihannya.
Teringat semasa kami masih di Indonesia, dari saya kecil hingga saat mau berangkat ke Eropa, Abah hampir selalu hadir meringankan kesulitan-kesulitan saya. Sekarang, di saat beliau mengalami masa sulit, justru saya tidak bisa ada di sana. Sedih dan merasa bersalah.
Abah, kami juga ingin sekali bertemu. Cucumu juga sudah dari lama menunggu saat-saat bisa bermain-main lagi denganmu meskipun itu hanya di video call. Cepat sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala ya Bah... maafkan kami karena belum bisa pulang sekarang...
Share:

Wednesday 12 October 2016

Allah swt Maha Adil, Setiap Hamba Merasakan Ujian-Nya

Hari ini saya kembali diingatkan oleh-Nya, tak ada hamba yang luput dari ujian-Nya. Mungkin juga setiap hamba akan merasakan susah yang tingkatan beratnya bagi masing-masing orang setara, dalam bentuk yang berbeda-beda.
Ibu saya adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara yang seayah seibu, namun anak ke-12 dari 12 bersaudara se-ibu lain ayah, dan anak ke sekian dari sekian bersaudara seayah lain ibu. Ibu saya lahir di dunia yang kala itu masih menganut kuat budaya leluhur bahwa seorang wanita seharusnya tumbuh menjadi seorang ibu rumah tangga (tidak bekerja di kantoran) yang baik, sehingga dididiklah beliau dan saudara-saudara perempuan yang se-ibu sedari kecil hingga dewasa untuk belajar menjadi ibu, mengurus rumah, bercocok tanam, memasak, menjahit, membaca, menulis, dan belajar agama. Ibu saya yang ingin menjadi guru pun dilarang, dan disekolahkan ke pondok bukan ke sekolah guru. Maka jadilah ibu saya yang sekarang, seorang ibu rumah tangga cekatan, telaten, seorang qiro'ah, idola suami dan anak-anaknya. Beliau menikah dengan ayah saya yang kala itu sudah menjadi polisi dan merintis hidup mandiri, dari bawah. Saya selalu ingat cerita ibu saya bagaimana beliau mengatur keuangan keluarga dan berdagang, hijrah dari desa tempatnya dilahirkan ke kota kecil, hingga akhirnya bisa memiliki sendiri rumah hasil kerja keras berdua dengan ayah saya. Saking banyaknya potongan-potongan cerita ibu, membuat saya bisa membayangkan garis besar keseluruhan cerita dalam hidupnya. Betapa pahitnya terlahir di keluarga poligami dan lingkungan yang belum mendukung kesetaraan gender, hingga beratnya masa-masa awal setelah ibu menikah, membuat ibu selalu menomorsatukan keutuhan keluarga kecil kami dan memperjuangkan pendidikan anak-anaknya. "Walaupun perempuan, kamu harus bisa kerja, jangan bergantung pada suamimu" nasehat seperti ini sering sekali saya dengar. Hingga akhirnya anak pertama nya berhasil menjadi sarjana teknik mesin dan bekerja di bidang perminyakan sementara saya adiknya menjadi apoteker.
Ayah saya terlahir di salah satu daerah di pesisir Jawa yang sempat menjadi target penyerangan PKI bertahun-tahun yang lalu ketika beliau masih berumur belasan tahun. Akibat penyerangan itu, ayah dan saudara-saudara kandung serta nenek saya harus terpisah-pisah merantau ke daerah ataupun kota-kota lainnya demi menyelamatkan diri masing-masing. Alhamdulillah beliau dibesarkan di tanah pasundan oleh pamannya. Lulus SMA, ayah nekat merantau kembali ke Jawa Tengah, mendaftarkan diri sebagai
polisi, hanya berbekal nekat. Takdir Allah, beliau berhasil menjadi polisi. Sebagai wujud rasa syukurnya itulah beliau selalu berusaha menjaga amanah dan melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Saya terlahir di dunia yang berbeda. Di dunia modern di mana kesetaraan gender sudah menjadi hal yang biasa. Wanita bekerja bukan hal yang pamali lagi. Saya ditumbuhkan dalam keluarga yang utuh, lingkungan yang baik, dan disekolahkan ke sekolah-sekolah terbaik. Saya menikah dengan seorang insinyur dan mencoba merintis hidup mandiri namun seringkali gagal mandiri karena betapa baiknya keempat orang tua kami sehingga sering memberikan kami hadiah selain doa, entah berupa materi maupun perhatian, waktu dan tenaga, yang jauh lebih besar nilainya dari apa yang didapatkan oleh ibu sewaktu muda dulu dan lingkungan yang jauh lebih kondusif daripada masa muda ayah. Betapa hidup saya berjalan nyaris mulus. Bisa dibilang begitu.
Kini saya harus hidup merantau bersama suami dan anak kami di negeri orang. Negeri yang sangat jauh, 17 jam perjalanan udara. Negara dengan standar hidup luar biasa. Regulasi yang ketat berhasil membuat pasar menawarkan barang dan jasa dengan standar kualitas yang tinggi dan tentunya harga yang sama sekali tidak menarik. Kami hidup dengan beasiswa studi suami saya yang jumlahnya selalu diragukan oleh pemerintah negeri ini akan bisa menghidupi kami sekeluarga. Nyatanya, meskipun mungkin terlihat sederhana dibanding orang-orang lain di sini, kami tetap makan nasi dengan kualitas beras yang sama seperti yang kami makan di Indonesia, Alhamdulillah magic com kami belum pernah kosong kecuali sewaktu kelupaan menanak nasi atau memang ingin makan yang lain. Alhamdulillah anak bisa minum susu 2 gelas sehari, lauk, sayur dan buah juga tak lupa hadir di meja makan untuk sekeluarga kecuali kami lupa untuk belanja. Kami bisa menabung dan sesekali jalan-jalan. Kami sehat dan bahagia. Alhamdulillah nikmat yang luar biasa dianugerahkan oleh Allah.
Maka dengan segala kenikmatan ini kadang saya bertanya dalam hati, mengapa Allah menguji ayah dan ibu dengan ujian yang berat di masa mudanya sembari tak lupa berdoa untuk kebahagiaan keduanya di dunia dan akhirat.
Kemudian hari ini, saya mendapatkan jawabannya. Kami sekeluarga besar mendapatkan ujian bersama-sama. Ayah jatuh tiga minggu yang lalu dari ketinggian, kepalanya terbentur hingga terjadi pendarahan di otaknya sehingga harus dioperasi. Operasi berjalan lancar dan saat ini sedang pemulihan. Beliau sedang belajar berjalan, harus menjalani fisioterapi mata dan ingatan karena banyak hal yang akibat kejadian ini beliau tidak bisa mengingatnya termasuk saya. Secara bertahap beliau mulai ingat sedikit semi sedikit. Ujian yang berat bagi saya, adalah karena saya belum bisa hadir secara fisik untuk mendampingi pemulihan beliau. Apalagi kemarin beliau bilang ingin sekali bertemu dengan kami. Sementara kami belum siap secara materi, benar-benar tidak siap, hal yang berat untuk disampaikan kepada ayah yang masih dalam pemulihan pasca operasi otak. Kami sadar kami tidak boleh berlama-lama. Kami sadar kami harus mempersiapkan diri secepat-cepatnya. Suami saya berkomitmen untuk bisa lulus tepat waktu, 14 bulan lagi, insya Allah. Dan saya akan 'mengencangkan ikat pinggang' dan 'memakai kacamata kuda'. Inilah jawabannya. Allah maha adil. Hamba-Nya tidak akan luput dari ujian-Nya pada tingkat kesulitan yang sama, dalam bentuk yang berbeda. Maka Allah pasti juga akan memberikan kemudahan di setiap kesulitan.
Semoga ayah segera pulih tanpa kurang suatu apapun dan Allah memberikan kekuatan kepada kami untuk dapat melalui ujian ini dengan baik. Aamiin2 yra..
Share:

Monday 15 August 2016

Membantu Adaptasi Anak di Playgroup

Di sini, di Leoben-Austria (dan kebanyakan kota lainnya di negara ini), memasukkan anak di playgroup tidak lantas hanya mengantar anak dan langsung meninggalkannya sejak hari pertama masuk. Akan tetapi ibu, ayah, atau anggota keluarga terdekat lainnya seperti nenek, dsb, wajib ada yang menemani selama beberapa hari, sampai anak terbiasa dan siap untuk dilepas di playgroup.
Apa tanda-tanda anak sudah siap untuk ditinggal?
Anak dinyatakan sudah siap ditinggal jika :
- Tidak menangis jika ditinggal di playgroup tanpa ada anggota keluarga yang terlihat di sana, atau menangis sebentar akan tetapi segera bisa ditenangkan oleh pengasuh atau pädagogin yang ada.
-  Sudah bisa tidur siang di playgroup tanpa ada anggota keluarga di sekitarnya.

Dua hal tersebut bagi batita tentu pada umumnya sulit terjadi ketika berada di lingkungan baru dan dikelilingi oleh orang-orang baru. Oleh karena itu diperlukan proses adaptasi. Untuk proses adaptasi inilah peran anggota keluarga terdekat, terutama ibu atau ayah, diperlukan pada beberapa hari di awal. Ibu atau ayah diajak berkolaborasi pada saat masa adaptasi.
Proses adaptasi berupa :
- Sejak hari pertama, ibu/ ayah ikut masuk ke dalam ruangan playgroup dan mengikuti semua kegiatan bersama anak-anak, pädagogin, dan pengasuh.
- Selama masa adaptasi, anak dan ibu/ ayah datang kurang lebih pada pukul 8 pagi.
- Pada hari pertama, anak dan ibu/ ayah hanya perlu berada di playgroup selama kurang lebih 1 jam.
- Pada hari kedua, ketiga, dst selama masa adaptasi, durasi berada di playgroup bagi anak dan ibu/ ayah ditambahkan kurang lebih sekitar 1 jam.
- Pada hari ketiga, setelah setiap 1 jam berada di playgroup, ibu/ ayah akan diminta untuk keluar dari ruangan, sehingga tidak terlihat oleh anak, akan tetapi masih di dalam area TK. Kurang lebih 10 menit kemudian ibu/ ayah boleh masuk kembali untuk melihat keadaan anak, apakah menangis, mencari keberadaan ibu/ ayah, atau tetap asik mengikuti kegiatan bersama yang lainnya.
- Jika 10 menit ditinggalkan pada hari sebelumnya ternyata anak menangis dan tak bisa ditenangkan oleh pengasuh dan pädagogin, maka hari keempat dan seterusnya perlakuan sama seperti hari sebelumnya. Namun jika anak menangis tetapi masih bisa ditenangkan, atau bahkan lebih baik daripada itu (tidak menangis sama sekali), maka durasi ditinggalkannya diperpanjang secara bertahap, bisa 20 menit - 1,5 jam setiap hari nya. Berapa lamanya tergantung kesiapan anak, sehingga bisa berbeda-beda antara anak satu dan yang lainnya.
- Proses ini berlangsung setiap hari hingga tanda-tanda kesiapan anak yang tadi saya sebutkan tercapai. Pada umumnya berlangsung sekitar 3-4 minggu, menurut tim TK dan berdasarkan cerita para orang tua yang anaknya sudah berhasil dilepas di sana.
- Setelah anak dinyatakan siap untuk dilepas, pädagogin akan mengisyaratkan di hari berikutnya, bahwa ibu/ ayah hanya perlu mengantar dan menjemput anak pada jam yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
- Jika ibu ataupun ayah berhalangan, maka bisa digantikan oleh anggota keluarga terdekat lainnya seperti neneknya misalnya.

Memang setelah saya pikir-pikir, betul juga, dengan turut sertanya orang tua pada masa-masa awal anak di playgroup akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan anak dengan lingkungan baru nya di playgroup. Tentu selain memudahkan proses adaptasi anak, juga kesempatan bagi kita sebagai orang tua untuk mengetahui dengan mata kepala sendiri kegiatan sehari-hari di playgroup, bagaimana cara pädagogin dan pengasuh memperlakukan anak-anak (termasuk anak kita), serta bagaimana perilaku teman-temannya, agar lebih tenang nantinya ketika menitipkan anak tanpa kita sebagai orang tuanya di sana.
Lalu apa saja yang bisa dilakukan ibu/ ayah yang menemani supaya bisa membantu proses adaptasi anak?
Ini di antaranya yang bisa saya simpulkan berdasarkan pengalaman pribadi :
- Meningkatkan kepercayaan anak pada lingkungan baru di playgroup dengan membentuk bonding antara diri kita dengan playgrouppädagogin, pengasuh, dan anak-anak yang ada di sana. Bisa dilakukan dengan kita mengobrol, akrab, tertawa, bercanda, bermain, dsb, dengan pädagogin, pengasuh, orang tua anak lain jika ada, maupun anak-anak yang ada di sana.
- Memperkenalkan anak kita dengan mereka (menyebutkan namanya, mengarahkan anak kita untuk bersalaman, mengucapkan halo, dan bersosialisasi dengan yang lain) tetapi jika anak tidak mau, tidak perlu dipaksa pada saat itu. Anak bisa diajak lagi berinteraksi dengan temannya di waktu yang lain. Yang terpenting, jangan menyerah.
- Bermain bersama anak dengan semua mainan yang ada secara bergantian, untuk membantu proses orientasi anak terhadap ruangan bermain
- Ketika pädagogin mengajak anak-anak bernyanyi sambil membuat gerakan, kita sebaiknya ikut juga bernyanyi dan bergerak.
- Menerapkan peraturan yang sama seperti yang diterapkan oleh pädagogin di playgroup, misalnya mengarahkan anak untuk merapihkan mainan sebelum ganti main yang lain, mengarahkan anak untuk duduk ketika sesi tertentu, dsb. Ini akan membantu anak beradaptasi dengan peraturan yang diterapkan di sana.
- Fokuskan diri di ruangan itu bersama anak dan yang ada di sana. Simpan dulu gadget dan sejenisnya :):):)
- Di luar playgroup (di jalan/ di rumah), ajak anak mengobrol tentang keceriaan hari itu di playgroupBeri sugesti positif pada anak bahwa hari itu sangat menyenangkan, bermain dengan A, B, dst, pengasuh dan pädagoginnya baik, anak kita pintar karena tidak rewel/ hanya rewel sedikit dan mau bermain dan berbagi mainan dengan yang lain, dsb. Beri pujian atas pencapaiannya yang bertambah setiap hari sehingga dia merasa dihargai dan termotivasi untuk lebih baik lagi keesokan harinya.

Mungkin masih banyak tips-tips yang lain. Setidaknya beberapa hal di atas yang sangat membantu adaptasi anak saya di playgroup nya. Mudah-mudahan bisa bermanfaat juga bagi para orang tua yang mau memasukkan anaknya ke playgroup ya :)
Kalau ada ayah ibu yang punya pengalaman tips yang lainnya, boleh ya share di comment :)


Share:

Monday 25 July 2016

Sapih Menyapih

[Hari 1]
Anak bulan depan insya Allah sudah genap 2 tahun usianya. Insya Allah juga, keesokan hari setelah ultahnya, langsung akan mulai disapih total. Bundanya dag dig dug duer. Hehe. Atas saran dari pak suami, mulai dikurangi saja dulu menyusuinya dari sebelumnya, karena selama ini kegiatan menyusunya bisa dibilang sering. Sering tp sebentar2, kecuali pas bobo, bisa 2-3 jam an ngempeng terus 😅.
Walhasil dari sebulan yll sudah mulai ngitung hari sama anak, bahwa mulai 23 bulan, anak sudah harus belajar nen cuma pas mau tidur malam tok. Anak tampak agak mengerti sh. Awal2 dy geleng2 aja. Bbrp hari kemudian ngangkat jempol sambil bilang "oke" tp ditambah embel2 minta nen di bis sama tut tut (dy tau banget, di bis n kereta, emaknya sll paling susah nolak dy nen. Gmn g susah, bis sama kereta seringnya hening tenang begitu, bahkan di kereta ada simbol orang naruh jari di depan mulut 😅)
Akhirnya bbrp hari menjelang due date, tiap kali ngitung hari, jempolnya yg diangkat 2, sambil masih minta naik bis n tut tut jam sepuluh, tp g ditambain embel2 minta nen. Hoyeee..
Kemarin genap usianya 23 bulan, dimulailah hari pertama sapih siang2. Dari bangun tidur pas masih nen sambil ngumpulin nyawa, sudah diingetin lagi klo hari itu mulai belajar ga nen siang2, jd puas2in dlu silakan nen nya sblm 'bangun' beneran. Jempolnya ngangkat lagi dua2nya. Alhamdulillah banget sampai beres sarapan dy g mnta nen, klo haus langsung minum air. Biasanya di tengah2 sarapan sll ada pause nen. Sampai jam tidur siang, dy langsung mapan sndiri ke kasur, nata bantal sndiri, bawa boneka2 nya jg, kelonan mereka di sana. Lalu dy mnta bundanya ikut tiduran di sampingnya, kelon jg. Betapa senangnya hatiku 😍😍
1 menit kemudian.. mulailah dy kasak kusuk pindah posisi, gtu terus sampai 15 menit pertama, akhirnya ga tahan. "Menyu menyu!" Dia minta nen. 😄😄 Lalu dihibur, dijelasin, mba Qila udah besar, anak besar nen nha sblm 'good night' aja ya, biar tambah pinter n tambah cantik, walopun g nen bunda tetep sayang sm mb qila, pasti mb qila bisa.
Jegeerrr.. drama tantrum pun dimulai. Nangis, mnta gendong sambil mnta nen, pindah duduk dapur, balik ke kamar lagi, semua kursi mnta didudukin, terakhir, mnta jalan2 ke luar rumah. Pada akhirnya dy bs berhenti menangis dan bobok sambil timang2 di bawah perdu di pinggir jalan belakang rumah.
Setelah tampak tidur pulas, dibawalah pulang k rumah tp g berani mindahin ke kasur. Biasanya dy tidur siang 2 jam an. Tak gendong ke mana-mana 2 jam an gpp lah drpd drama lagi. Eh lha 1 jam pertama malah kebangun 😱 untung banget waktu itu kebetulan lagi video call an sm yangkung, yangti, om, sm tante nya. Krn rame, dy pun terhibur, tp tetep bbrp menit kemudian tampak gelisah lagi krn masih ngantuk.
Alhamdulillah, kebetulan setelah itu ada acara kumpul2 penduduk Leoben plus plus (plus penduduk kota sebelah). Qila keliatannya menikmati banget main bareng sama abang kembar, kakak tifa, tante2, om, pakdhe. Sampai lupa nen.
Pulang ke rumah udh jam 8 kurang, udh boleh nen lagi.
Drama sapih episode 1, durasi total 45 menit. :mrgreen:💖
Semoga episode 2 lebih baik lagi. Aamiin..
image
Share:

Friday 15 July 2016

Suka Duka Mendaftarkan Anak di Day Care Negeri Orang

Lazimnya untuk bisa terdaftar di day care milik pemerintah di kota Leoben, Austria, harus melalui pendaftaran yang dibuka kurang lebih 6 bulan sebelum semester baru dimulai. Ya, layaknya TK, dan juga bertempat di TK, day care milik pemerintah juga menganut sistem semester. Jam bukanya hanya dari hari Senin sampai Jumat, pukul 07.00 sampai 15.00 (klik di sini untuk membaca cerita tentang day care nya lebih detail). Semester baru dimulai pada tanggal tertentu seperti halnya TK dan memiliki libur musim panas selama kurang lebih 2 bulan juga libur natal-tahun baru. Akan tetapi, pada libur musim panas anak-anak bisa ikut kelas musim panas dengan membayar ekstra yang besarnya sama seperti bulan reguler, dengan kuota peserta yang lebih sedikit.
Pendaftaran hanya dibuka selama 1 hari. Wow. Pada saat pendaftaran, salah satu orang tua hanya perlu datang ke TK bersama anak membawa kartu sakti asuransi, akta lahir, dan surat keterangan tempat tinggal dari balai kota (di sini bernama Meldedaten). Orang tua akan diminta untuk mengisi formulir. Pada saat formulir dikumpulkan kembali, orang tua akan menerima formulir lain yang bisa digunakan untuk mengajukan tunjangan uang makan ke balai kota jika anak sudah diterima. Jika diterima, sekitar 4 bulan sebelum semester baru dimulai, orang tua akan mendapatkan 2 buah surat dari balai kota. Surat pertama ditujukan kepada ibunya, berupa ucapan selamat karena anak Anda sudah mendapat tempat di day care X, masuk per tanggal sekian. Surat ke-2 untuk ayahnya berupa tagihan uang bulanannya. Hahaha.. gokil yah..
Beserta surat tagihan itu, terlampir blanko transfer uang bulanan yang sudah diisi (ada beberapa blanko dengan nama bulan berbeda-beda). Jadi ayah tinggal membawa blanko transfer tersebut ke mesin transfer bersama kartu atm, maksimal tanggal sekian setiap bulannya. Tidak ada tagihan lain selain uang bulanan. Tidak ada uang pangkal, uang pembangunan, apalagi seragam. Cukup uang bulanan, sebesar €261, saja. *sambil gigit jari* 😂😂
Karena kuota di day care tidak banyak, yaitu hanya 12 tempat untuk full day dan 12 tempat untuk half day, untuk setiap day care (fyi, tidak semua TK milik pemerintah memiliki program day care full day), maka bisa jadi ada antrian. Termasuk anak saya, karena saya kudet alias kurang update terhadap info pendaftaran TK, maka saya datang ke TK bukan pada saat pendaftaran. Wkkw. Alhasil tidak dapat tempatlah.
TK pertama yang saya datangi adalah TK yang paling dekat dengan tempat tinggal tentunya. Saat itu saya ditemani oleh teman berkebangsaan Austria keturunan Turki. Dia tentu bisa berbahasa Jerman dengan fasih. Ternyata day care di situ sudah full. Petugas TK menyarankan saya datang lagi bulan depan karena pendaftaran untuk semester depan di buka pada bulan depan, atau bisa menghubungi ke bagian urusan kindergarten di balai kota untuk tau di mana day care milik pemerintah yang masih memiliki tempat kosong untuk semester yang sudah berjalan ini.
Saya pun mengikuti saran yang kedua. Masih ditemani oleh teman Austria saya itu, bertanya ke balai kota. Kami mendapatkan informasi yang diperlukan. Ada 2 day care yang masih memiliki tempat kosong di semester yang sedang berjalan waktu itu. Lokasi kedua-duanya perlu ditempuh kurang lebih 20 menit dengan bus. Petugas berkata, padanya saya bisa melakukan pendaftaran di salah satu TK tersebut. Ah baiklah, saya harus survey dan diskusi dulu sama suami, pikir saya waktu itu. Dua hari kemudian, setelah survey dan diskusi dengan suami, kami memutuskan memilih TK yang kebetulan, anak dari teman saya yang lain juga ada di sana. Selain lebih tenang karena ada kenalan, juga karena lokasinya di lingkungan yang lebih ramah anak. Pilihan TK yang lainnya berlokasi di daerah industri. Mengingatkan saya akan kerasnya hidup di kawasan industri X di Indonesia. Hehehe..
Sayapun datang kembali ke balai kota, menemui petugas urusan kindergarten. Kali ini saya hanya berdua dengan anak saya, tanpa teman yang jago berbahasa Jerman. Bermodalkan hafalan dari google translate, hehe, saya utarakan maksud untuk mendaftarkan anak ke day care. Betapa herannya saya, ketika itu petugas yang sama, berkata saya harus mendaftar langsung di TK. Saya harus membuat janji dengan penanggung jawab (PJ) di TK via telepon. Dia menuliskan nama PJ tersebut dan nomor teleponnya. Oke, baiklah.
Membuat janji dengan ybs via telepon ternyata tidak sesingkat yang saya bayangkan. Saya harus menelepon berkali-kali sampai akhirnya telepon diangkat. Setelah diangkat, orang yang menerima telepon di seberang sana ternyata bukan ybs. Ketika akhirnya bisa berbicara dengan ybs, ternyata beliau sedang sibuk dan meminta saya menelepon kembali pada pukul 15.00. Weleh.. ini mau bikin janji via telepon saja harus janjian terlebih dahulu, batin saya.
Betapa senang dan geernya saya ketika ibu PJ TK yang ternyata adalah ibu kepala sekolah, mempersilakan saya untuk datang ke TK mengurus pendaftaran anak saya di day care. Setiba saya di day care, ibu PJ TK sedang kontrol ke dokter karena sakit. Saya diminta menunggu. Sejak saat itu akhirnya saya paham, betapa SDM yang mengelola TK jumlahnya sangat terbatas. Tidak ada sekretaris khusus bagian pendaftaran ataupun administrasi. Tidak ada yang terlihat bekerja duduk-duduk di depan komputer di kantornya. Semuanya selalu sibuk pada jam kerja.
Saya menunggu sambil mengobrol santai dengan pädagogin dan para pengasuh di day care yang kebetulan sudah di luar jam kerja. Mereka semua ramah dan akrab. Mereka bilang MASIH ADA BANGET tempat kosong di day care. Teman saya yang anaknya di sana pun, sengaja kepo untuk saya, dia bilang sepertinya ada 2 tempat kosong (berdasarkan loker anak yang masih kosong tak bernama, tak bertuan).
Ketika akhirnya ibu kepala sekolah datang, beliau menyambut baik dan ramah serta akrab dengan anak saya. Saya mengisi formulir, menyerahkan persyaratan sambil tersipu-sipu, berpikir kami beruntung sekali mendaftar ketika semester baru sudah dimulai, ternyata masih mendapatkan tempat. Lalu kemudian ibu kepala sekolah bilang ".. tapi maaf Aqila belum bisa masuk sekarang karena sudah penuh." Jeger.. rasanya seperti disambar petir di wajah. Hahaha... mulai.. lebay..
Kecewa? Iyaaa. Ga percaya? Iya juga lah... berkali-kali saya memastikan apa betul sudah penuh? (Karena petugas balai kota urusan kindergarten, pädagogin dan pengasuh, semua bilang masih ada tempat). Jawabannya tetap sama, full. Unpredictable dan unbelievable. Beliau menerima formulir tersebut sambil bilang beliau tidak dapat memastikan kapan anak saya akan mendapatkan tempat. Semester depan sekalipun. Jika beruntung, maka balai kota akan mengirimkan surat kepada kami memberitahukan jika akhirnya anak saya mendapatkan tempat. Silakan ditunggu saja...
Sore itu pukul 6, masih di musim dingin, sudah sangat gelap. Melangkahkan kaki keluar dari TK dengan perasaan kecewa dan bertanya-tanya, sampai tidak menyadari ternyata saya meninggalkan dompet saya di ruangan ibu kepala sekolah. Dan baru menyadari setelah sampai di rumah, suami saya dihubungi oleh TK (yang lagi-lagi saya geer mengira si ibu salah ngomong) eh ternyata mengabarkan kalau dompet saya tertinggal. Haha what a day....
Besoknya, saya coba datangi TK pilihan terakhir di daerah industri itu. Batin saya, ah kalau anak saya jadi di day care ini, lagi-lagi saya termakan omongan sendiri 2 kali (yang pertama pada saat masih kuliah, setelah kerja praktek di kawasan industri X saya membatin bahwa saya tidak mau kerja di daerah itu nantinya, nyatanya malah setelah lulus saya kerja di sana selama 3 tahun. Lalu sekarang, ketika saya tidak ingin anak saya berada di day care di daerah industri ini.. saya malah seperti tidak punya pilihan lain. Ckck..).

By the way, ketika hari sebelumnya saya survey ke sana, saya sempat bertemu kepala sekolahnya dan bertanya masih adakah tempat kosong di sana, dan dibilang masih. Surprisingly, ketika saya datang di hari itu, beliau, kepala sekolah, orang yang sama, berkata ini sudah full. Lalu saya hanya bisa bernyanyi miris. Begini naasib..
Hari-hari berikutnya saya pasrahkan urusan day care pada Allah dan introspeksi diri. Ya, betul, saya memang butuh tempat di day care untuk anak saya segera. Karena lusa adalah hari pertama semester baru kursus bahasa Jerman reguler dimulai. Sebelum mendaftarkan diri di tempat kursus, tentu saya harus memastikan anak mendapatkan tempat di day care yang menurut saya baik. Tapi, bagaimana urgensinya si kursus Jerman ini..?? Perdebatan diri sendiri di kepala akhirnya sepakat pada kesimpulan bahwa.. belajar bahasa lokal penting, tetapi tidak urgent. Maka seharusnya saya hanya perlu selow dan tidak perlu baper ketika anak saya tidak dapat tempat di day care saat itu. Mungkin next semester, atau semester depannya lagi, atau memang menurut Yang Maha Kuasa ada yang lebih baik untuk dilakukan bersama anak setiap waktu, hmm manusia mana ada yang tau rencana Tuhan. Tugas manusia hanya berusaha. Dan saya sudah berusaha maksimal yang saya bisa untuk bisa belajar bahasa lokal intensif pada expert nya dan untuk mendapatkan tempat yang menurut saya baik untuk anak selama saya harus kursus intensif. Ternyata dari usaha yang sudah saya lakukan, warna-warni pelayanan baik, ramah, juga dingin, ketus dan jutek, saya dapatkan, ternyata hasilnya adalah, pernyataan yang mengejutkan dari para petugas pendaftaran, baik di balai kota maupun sang kepala sekolah. Mungkin terlalu fokus akan jurus-jurus dalam menggapai misi saya untuk make things happen, sampai-sampai saya lupa bahwa sejak awal seharusnya saya sudah ikhlas dengan apapun hasilnya nanti.
Hari-hari berikutnya saya belajar legowo. Akhirnya saya bisa ikhlas sampai benar-benar ikhlas. Ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Rejeki anak dan saya, saya pikir. Kami jadi bisa terus-terusan bersama di saat banyak ibu-ibu lain yang mendambakan quality time seperti ini.
Tiba-tiba beberapa pekan kemudian, suami saya mendapatkan telepon. Telepon itu ternyata dari TK yang anak teman saya juga di sana, mengabarkan bahwa per 1 April ada tempat di day care untuk anak saya. Kaget bercampur senang. Di sinilah lagi-lagi saya belajar ilmu ikhlas. Ketika saya ikhlas untuk tidak mendapatkan sesuatu yang diidamkan dan sudah saya usahakan maksimal, justru disitulah saya dapat meraihnya.
Pada waktu itu, saya sudah terlalu terlambat untuk bisa terdaftar di kursus intensif bahasa Jerman. Tapi ya sudah tidak apa-apa toh saya masih punya buku pinjaman dari teman Indonesia yang tinggal di sini juga. Setidaknya saya bisa belajar sendiri ketika anak di day care dan mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak terkerjakan dengan baik selama ini. Maka kami tetap menerima tawaran tempat di day care itu.
Tidak disangka, ternyata sebulanan kemudian (saat anak saya sudah bisa dilepas di day care) istri dari kolega suami saya yang menjadi pengajar kelas kursus Jerman gratis khusus untuk pengungsi Timur Tengah mengundang saya untuk bergabung menjadi peserta. Dulu saya tidak berhasil dapat tempat di kursus yang berbayar, sekarang ternyata malah datang tawaran tempat di kursus yang gratisan. Ya Allah nikmat Mu mana lagi yang hendak hamba Mu ini dustakan.. Alhamdulillah...
Kejadian ini mengingatkan saya sekali lagi untuk selalu mengiring ikhlas bersama usaha dan doa yang maksimal. Ya, ikhlas, bersama usaha dan doa yang maksimal. :):)
Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya