Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Monday 25 July 2016

Sapih Menyapih

[Hari 1]
Anak bulan depan insya Allah sudah genap 2 tahun usianya. Insya Allah juga, keesokan hari setelah ultahnya, langsung akan mulai disapih total. Bundanya dag dig dug duer. Hehe. Atas saran dari pak suami, mulai dikurangi saja dulu menyusuinya dari sebelumnya, karena selama ini kegiatan menyusunya bisa dibilang sering. Sering tp sebentar2, kecuali pas bobo, bisa 2-3 jam an ngempeng terus 😅.
Walhasil dari sebulan yll sudah mulai ngitung hari sama anak, bahwa mulai 23 bulan, anak sudah harus belajar nen cuma pas mau tidur malam tok. Anak tampak agak mengerti sh. Awal2 dy geleng2 aja. Bbrp hari kemudian ngangkat jempol sambil bilang "oke" tp ditambah embel2 minta nen di bis sama tut tut (dy tau banget, di bis n kereta, emaknya sll paling susah nolak dy nen. Gmn g susah, bis sama kereta seringnya hening tenang begitu, bahkan di kereta ada simbol orang naruh jari di depan mulut 😅)
Akhirnya bbrp hari menjelang due date, tiap kali ngitung hari, jempolnya yg diangkat 2, sambil masih minta naik bis n tut tut jam sepuluh, tp g ditambain embel2 minta nen. Hoyeee..
Kemarin genap usianya 23 bulan, dimulailah hari pertama sapih siang2. Dari bangun tidur pas masih nen sambil ngumpulin nyawa, sudah diingetin lagi klo hari itu mulai belajar ga nen siang2, jd puas2in dlu silakan nen nya sblm 'bangun' beneran. Jempolnya ngangkat lagi dua2nya. Alhamdulillah banget sampai beres sarapan dy g mnta nen, klo haus langsung minum air. Biasanya di tengah2 sarapan sll ada pause nen. Sampai jam tidur siang, dy langsung mapan sndiri ke kasur, nata bantal sndiri, bawa boneka2 nya jg, kelonan mereka di sana. Lalu dy mnta bundanya ikut tiduran di sampingnya, kelon jg. Betapa senangnya hatiku 😍😍
1 menit kemudian.. mulailah dy kasak kusuk pindah posisi, gtu terus sampai 15 menit pertama, akhirnya ga tahan. "Menyu menyu!" Dia minta nen. 😄😄 Lalu dihibur, dijelasin, mba Qila udah besar, anak besar nen nha sblm 'good night' aja ya, biar tambah pinter n tambah cantik, walopun g nen bunda tetep sayang sm mb qila, pasti mb qila bisa.
Jegeerrr.. drama tantrum pun dimulai. Nangis, mnta gendong sambil mnta nen, pindah duduk dapur, balik ke kamar lagi, semua kursi mnta didudukin, terakhir, mnta jalan2 ke luar rumah. Pada akhirnya dy bs berhenti menangis dan bobok sambil timang2 di bawah perdu di pinggir jalan belakang rumah.
Setelah tampak tidur pulas, dibawalah pulang k rumah tp g berani mindahin ke kasur. Biasanya dy tidur siang 2 jam an. Tak gendong ke mana-mana 2 jam an gpp lah drpd drama lagi. Eh lha 1 jam pertama malah kebangun 😱 untung banget waktu itu kebetulan lagi video call an sm yangkung, yangti, om, sm tante nya. Krn rame, dy pun terhibur, tp tetep bbrp menit kemudian tampak gelisah lagi krn masih ngantuk.
Alhamdulillah, kebetulan setelah itu ada acara kumpul2 penduduk Leoben plus plus (plus penduduk kota sebelah). Qila keliatannya menikmati banget main bareng sama abang kembar, kakak tifa, tante2, om, pakdhe. Sampai lupa nen.
Pulang ke rumah udh jam 8 kurang, udh boleh nen lagi.
Drama sapih episode 1, durasi total 45 menit. :mrgreen:💖
Semoga episode 2 lebih baik lagi. Aamiin..
image
Share:

Friday 15 July 2016

Suka Duka Mendaftarkan Anak di Day Care Negeri Orang

Lazimnya untuk bisa terdaftar di day care milik pemerintah di kota Leoben, Austria, harus melalui pendaftaran yang dibuka kurang lebih 6 bulan sebelum semester baru dimulai. Ya, layaknya TK, dan juga bertempat di TK, day care milik pemerintah juga menganut sistem semester. Jam bukanya hanya dari hari Senin sampai Jumat, pukul 07.00 sampai 15.00 (klik di sini untuk membaca cerita tentang day care nya lebih detail). Semester baru dimulai pada tanggal tertentu seperti halnya TK dan memiliki libur musim panas selama kurang lebih 2 bulan juga libur natal-tahun baru. Akan tetapi, pada libur musim panas anak-anak bisa ikut kelas musim panas dengan membayar ekstra yang besarnya sama seperti bulan reguler, dengan kuota peserta yang lebih sedikit.
Pendaftaran hanya dibuka selama 1 hari. Wow. Pada saat pendaftaran, salah satu orang tua hanya perlu datang ke TK bersama anak membawa kartu sakti asuransi, akta lahir, dan surat keterangan tempat tinggal dari balai kota (di sini bernama Meldedaten). Orang tua akan diminta untuk mengisi formulir. Pada saat formulir dikumpulkan kembali, orang tua akan menerima formulir lain yang bisa digunakan untuk mengajukan tunjangan uang makan ke balai kota jika anak sudah diterima. Jika diterima, sekitar 4 bulan sebelum semester baru dimulai, orang tua akan mendapatkan 2 buah surat dari balai kota. Surat pertama ditujukan kepada ibunya, berupa ucapan selamat karena anak Anda sudah mendapat tempat di day care X, masuk per tanggal sekian. Surat ke-2 untuk ayahnya berupa tagihan uang bulanannya. Hahaha.. gokil yah..
Beserta surat tagihan itu, terlampir blanko transfer uang bulanan yang sudah diisi (ada beberapa blanko dengan nama bulan berbeda-beda). Jadi ayah tinggal membawa blanko transfer tersebut ke mesin transfer bersama kartu atm, maksimal tanggal sekian setiap bulannya. Tidak ada tagihan lain selain uang bulanan. Tidak ada uang pangkal, uang pembangunan, apalagi seragam. Cukup uang bulanan, sebesar €261, saja. *sambil gigit jari* 😂😂
Karena kuota di day care tidak banyak, yaitu hanya 12 tempat untuk full day dan 12 tempat untuk half day, untuk setiap day care (fyi, tidak semua TK milik pemerintah memiliki program day care full day), maka bisa jadi ada antrian. Termasuk anak saya, karena saya kudet alias kurang update terhadap info pendaftaran TK, maka saya datang ke TK bukan pada saat pendaftaran. Wkkw. Alhasil tidak dapat tempatlah.
TK pertama yang saya datangi adalah TK yang paling dekat dengan tempat tinggal tentunya. Saat itu saya ditemani oleh teman berkebangsaan Austria keturunan Turki. Dia tentu bisa berbahasa Jerman dengan fasih. Ternyata day care di situ sudah full. Petugas TK menyarankan saya datang lagi bulan depan karena pendaftaran untuk semester depan di buka pada bulan depan, atau bisa menghubungi ke bagian urusan kindergarten di balai kota untuk tau di mana day care milik pemerintah yang masih memiliki tempat kosong untuk semester yang sudah berjalan ini.
Saya pun mengikuti saran yang kedua. Masih ditemani oleh teman Austria saya itu, bertanya ke balai kota. Kami mendapatkan informasi yang diperlukan. Ada 2 day care yang masih memiliki tempat kosong di semester yang sedang berjalan waktu itu. Lokasi kedua-duanya perlu ditempuh kurang lebih 20 menit dengan bus. Petugas berkata, padanya saya bisa melakukan pendaftaran di salah satu TK tersebut. Ah baiklah, saya harus survey dan diskusi dulu sama suami, pikir saya waktu itu. Dua hari kemudian, setelah survey dan diskusi dengan suami, kami memutuskan memilih TK yang kebetulan, anak dari teman saya yang lain juga ada di sana. Selain lebih tenang karena ada kenalan, juga karena lokasinya di lingkungan yang lebih ramah anak. Pilihan TK yang lainnya berlokasi di daerah industri. Mengingatkan saya akan kerasnya hidup di kawasan industri X di Indonesia. Hehehe..
Sayapun datang kembali ke balai kota, menemui petugas urusan kindergarten. Kali ini saya hanya berdua dengan anak saya, tanpa teman yang jago berbahasa Jerman. Bermodalkan hafalan dari google translate, hehe, saya utarakan maksud untuk mendaftarkan anak ke day care. Betapa herannya saya, ketika itu petugas yang sama, berkata saya harus mendaftar langsung di TK. Saya harus membuat janji dengan penanggung jawab (PJ) di TK via telepon. Dia menuliskan nama PJ tersebut dan nomor teleponnya. Oke, baiklah.
Membuat janji dengan ybs via telepon ternyata tidak sesingkat yang saya bayangkan. Saya harus menelepon berkali-kali sampai akhirnya telepon diangkat. Setelah diangkat, orang yang menerima telepon di seberang sana ternyata bukan ybs. Ketika akhirnya bisa berbicara dengan ybs, ternyata beliau sedang sibuk dan meminta saya menelepon kembali pada pukul 15.00. Weleh.. ini mau bikin janji via telepon saja harus janjian terlebih dahulu, batin saya.
Betapa senang dan geernya saya ketika ibu PJ TK yang ternyata adalah ibu kepala sekolah, mempersilakan saya untuk datang ke TK mengurus pendaftaran anak saya di day care. Setiba saya di day care, ibu PJ TK sedang kontrol ke dokter karena sakit. Saya diminta menunggu. Sejak saat itu akhirnya saya paham, betapa SDM yang mengelola TK jumlahnya sangat terbatas. Tidak ada sekretaris khusus bagian pendaftaran ataupun administrasi. Tidak ada yang terlihat bekerja duduk-duduk di depan komputer di kantornya. Semuanya selalu sibuk pada jam kerja.
Saya menunggu sambil mengobrol santai dengan pädagogin dan para pengasuh di day care yang kebetulan sudah di luar jam kerja. Mereka semua ramah dan akrab. Mereka bilang MASIH ADA BANGET tempat kosong di day care. Teman saya yang anaknya di sana pun, sengaja kepo untuk saya, dia bilang sepertinya ada 2 tempat kosong (berdasarkan loker anak yang masih kosong tak bernama, tak bertuan).
Ketika akhirnya ibu kepala sekolah datang, beliau menyambut baik dan ramah serta akrab dengan anak saya. Saya mengisi formulir, menyerahkan persyaratan sambil tersipu-sipu, berpikir kami beruntung sekali mendaftar ketika semester baru sudah dimulai, ternyata masih mendapatkan tempat. Lalu kemudian ibu kepala sekolah bilang ".. tapi maaf Aqila belum bisa masuk sekarang karena sudah penuh." Jeger.. rasanya seperti disambar petir di wajah. Hahaha... mulai.. lebay..
Kecewa? Iyaaa. Ga percaya? Iya juga lah... berkali-kali saya memastikan apa betul sudah penuh? (Karena petugas balai kota urusan kindergarten, pädagogin dan pengasuh, semua bilang masih ada tempat). Jawabannya tetap sama, full. Unpredictable dan unbelievable. Beliau menerima formulir tersebut sambil bilang beliau tidak dapat memastikan kapan anak saya akan mendapatkan tempat. Semester depan sekalipun. Jika beruntung, maka balai kota akan mengirimkan surat kepada kami memberitahukan jika akhirnya anak saya mendapatkan tempat. Silakan ditunggu saja...
Sore itu pukul 6, masih di musim dingin, sudah sangat gelap. Melangkahkan kaki keluar dari TK dengan perasaan kecewa dan bertanya-tanya, sampai tidak menyadari ternyata saya meninggalkan dompet saya di ruangan ibu kepala sekolah. Dan baru menyadari setelah sampai di rumah, suami saya dihubungi oleh TK (yang lagi-lagi saya geer mengira si ibu salah ngomong) eh ternyata mengabarkan kalau dompet saya tertinggal. Haha what a day....
Besoknya, saya coba datangi TK pilihan terakhir di daerah industri itu. Batin saya, ah kalau anak saya jadi di day care ini, lagi-lagi saya termakan omongan sendiri 2 kali (yang pertama pada saat masih kuliah, setelah kerja praktek di kawasan industri X saya membatin bahwa saya tidak mau kerja di daerah itu nantinya, nyatanya malah setelah lulus saya kerja di sana selama 3 tahun. Lalu sekarang, ketika saya tidak ingin anak saya berada di day care di daerah industri ini.. saya malah seperti tidak punya pilihan lain. Ckck..).

By the way, ketika hari sebelumnya saya survey ke sana, saya sempat bertemu kepala sekolahnya dan bertanya masih adakah tempat kosong di sana, dan dibilang masih. Surprisingly, ketika saya datang di hari itu, beliau, kepala sekolah, orang yang sama, berkata ini sudah full. Lalu saya hanya bisa bernyanyi miris. Begini naasib..
Hari-hari berikutnya saya pasrahkan urusan day care pada Allah dan introspeksi diri. Ya, betul, saya memang butuh tempat di day care untuk anak saya segera. Karena lusa adalah hari pertama semester baru kursus bahasa Jerman reguler dimulai. Sebelum mendaftarkan diri di tempat kursus, tentu saya harus memastikan anak mendapatkan tempat di day care yang menurut saya baik. Tapi, bagaimana urgensinya si kursus Jerman ini..?? Perdebatan diri sendiri di kepala akhirnya sepakat pada kesimpulan bahwa.. belajar bahasa lokal penting, tetapi tidak urgent. Maka seharusnya saya hanya perlu selow dan tidak perlu baper ketika anak saya tidak dapat tempat di day care saat itu. Mungkin next semester, atau semester depannya lagi, atau memang menurut Yang Maha Kuasa ada yang lebih baik untuk dilakukan bersama anak setiap waktu, hmm manusia mana ada yang tau rencana Tuhan. Tugas manusia hanya berusaha. Dan saya sudah berusaha maksimal yang saya bisa untuk bisa belajar bahasa lokal intensif pada expert nya dan untuk mendapatkan tempat yang menurut saya baik untuk anak selama saya harus kursus intensif. Ternyata dari usaha yang sudah saya lakukan, warna-warni pelayanan baik, ramah, juga dingin, ketus dan jutek, saya dapatkan, ternyata hasilnya adalah, pernyataan yang mengejutkan dari para petugas pendaftaran, baik di balai kota maupun sang kepala sekolah. Mungkin terlalu fokus akan jurus-jurus dalam menggapai misi saya untuk make things happen, sampai-sampai saya lupa bahwa sejak awal seharusnya saya sudah ikhlas dengan apapun hasilnya nanti.
Hari-hari berikutnya saya belajar legowo. Akhirnya saya bisa ikhlas sampai benar-benar ikhlas. Ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Rejeki anak dan saya, saya pikir. Kami jadi bisa terus-terusan bersama di saat banyak ibu-ibu lain yang mendambakan quality time seperti ini.
Tiba-tiba beberapa pekan kemudian, suami saya mendapatkan telepon. Telepon itu ternyata dari TK yang anak teman saya juga di sana, mengabarkan bahwa per 1 April ada tempat di day care untuk anak saya. Kaget bercampur senang. Di sinilah lagi-lagi saya belajar ilmu ikhlas. Ketika saya ikhlas untuk tidak mendapatkan sesuatu yang diidamkan dan sudah saya usahakan maksimal, justru disitulah saya dapat meraihnya.
Pada waktu itu, saya sudah terlalu terlambat untuk bisa terdaftar di kursus intensif bahasa Jerman. Tapi ya sudah tidak apa-apa toh saya masih punya buku pinjaman dari teman Indonesia yang tinggal di sini juga. Setidaknya saya bisa belajar sendiri ketika anak di day care dan mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak terkerjakan dengan baik selama ini. Maka kami tetap menerima tawaran tempat di day care itu.
Tidak disangka, ternyata sebulanan kemudian (saat anak saya sudah bisa dilepas di day care) istri dari kolega suami saya yang menjadi pengajar kelas kursus Jerman gratis khusus untuk pengungsi Timur Tengah mengundang saya untuk bergabung menjadi peserta. Dulu saya tidak berhasil dapat tempat di kursus yang berbayar, sekarang ternyata malah datang tawaran tempat di kursus yang gratisan. Ya Allah nikmat Mu mana lagi yang hendak hamba Mu ini dustakan.. Alhamdulillah...
Kejadian ini mengingatkan saya sekali lagi untuk selalu mengiring ikhlas bersama usaha dan doa yang maksimal. Ya, ikhlas, bersama usaha dan doa yang maksimal. :):)
Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya