Percakapan antara Ibu dan buah hatinya yang berumur 27 bulan..
Bunda : "Aqila, nanti kita ke pak dokter ya.."
Anak : "okey.."
Bunda : "Aqila nanti mau disuntik.."
Anak : mematung sejenak lalu.. "dituntik itu taatit tauuuk" dan.. mundur teratur.
Anak : mematung sejenak lalu.. "dituntik itu taatit tauuuk" dan.. mundur teratur.
Bunda : "Ih.. disuntik kan sakitnya cuma dikit, kayak digigit semut, ckiiiiit. Trus udah."
Anak : "ih.. dituntik itu taaatit tauuuk" --> masih keukeh ternyata 😁
Anak : "ih.. dituntik itu taaatit tauuuk" --> masih keukeh ternyata 😁
Lalu anak menghilang dari pandangan.
Bunda : "Healah. Palingan nanti dikasih permen sama dokternya"
Anak : "Pemmen itu ya em yang wannanya putih itu ya??" --> datang lagi 😂😂
Bunda : "Yok.. yang itu.. apa nama permennya kata dokternya, Traumzucker ya?"
Anak : "iya. Iya! Mau!"
Bunda : "Mau apa? Mau disuntik?"
Anak : "Iya!"
Anak : "Pemmen itu ya em yang wannanya putih itu ya??" --> datang lagi 😂😂
Bunda : "Yok.. yang itu.. apa nama permennya kata dokternya, Traumzucker ya?"
Anak : "iya. Iya! Mau!"
Bunda : "Mau apa? Mau disuntik?"
Anak : "Iya!"
Yeah! Rayuan maut suntik hepatitis A berhasil.
*Ngomong-ngomong, cerita tentang dokter anak saya yang kasih sebutir permen kecil sesudah vaksinasi itu benar adanya. Kadang hadiahnya bisa berupa mainan kecil, misalnya cincin untuk anak perempuan. Karena rajin jajan vaksin, anak saya totalnya sudah pernah dapat dua permen dan 2 cincin mainan, dan 1 permen untuk saya sendiri. Wkkwkw. Efeknya anak saya tidak takut ke dokter untuk diimunisasi. Ide bagus dari dokter, apreasiasi kepada dokter anak saya ini.
0 comments:
Post a Comment