Wednesday, 25 January 2017

Hendak ke Luar Negeri, Perlukah Vaksinasi TBE (Tick-Borne Encephalitis) untuk Mencegah Meningitis, Ensephalitis, dan Meningoensephalitis?

Sebelumnya ini sudah saya post di FB, ternyata respon teman-teman untuk mengshare lumayan juga, jadi saya pikir ada baiknya untuk di-share juga di blog.
Hari ini (25/01/2017) jadwal kami sekeluarga vaksinasi FSME (Fruehsommer-Meningoencephalitis) atau dalam bahasa Inggris disebut TBE (Tick-Borne Encephalitis). Karena daerah kami tinggal termasuk wilayah endemik. Vaksin ini salah satu ikhtiar untuk mencegah infeksi virus yang disebarkan oleh semacam kutu (di sini kutunya disebut Zecken atau Tick dalam bahasa Inggris).
Infeksi virus yang disebar oleh kutu ini bisa menyebabkan meningitis (radang selaput otak), ensephalitis (radang jaringan otak), atau meningoensephalitis (radang selaput dan jaringan otak). Imbasnya pada gangguan syaraf.
Beberapa bulan yang lalu salah satu teman kami terserang virus ini. Dan efeknya masih ada sampai sekarang. Bahkan menurut tim medisnya, sakitnya bisa bertahan menahun sampai 2 tahun atau lebih, bisa berkurang atau memberat. Ikut sedih lihat kondisinya. Kata dia, ketika sakitnya "kambuh" dia merasakan seluruh tubuhnya kesakitan. Selain itu, dia tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuhnya, terutama bagian lengan hingga jari-jari tangannya. Sebelumnya dia seorang pianis. Sejak terserang infeksi virus ini, dia tidak bisa lagi bermain piano, Bahkan sekedar mengetik di laptop nya atau menulis SMS juga kesulitan.  Tapi Alhamdulillah ikut senang. Sekarang kondisinya sudah membaik, sudah bisa berkarir lagi dan beraktivitas walaupun belum bisa main piano lagi dan juga belum se-fit dulu, masih kambuh-kambuhan. Capai sedikit, kambuh.
Di Austria vaksinasi FSME atau TBE belum digratiskan, baru ada subsidi sebagian dari pemerintahnya. Jatuhnya per orang di sini sekitar EUR 30-an sekian. Vaksinasinya rutin dengan jadwal : vaksin pertama, vaksin kedua 4 minggu dari yg pertama, vaksin ketiga 9-12 bulan dari yang kedua, vaksin keempat 3 tahun kemudian, selanjutnya setiap 5 tahun sampai berusia 60 tahun, di atas 60 tahun per 3 tahun. Vaksin ini untuk anak umur >1 tahun sampai dewasa. Kalau sudah vaksinasi rutin, insya Allah bisa mengcover 99%. Ga ada vaksin yang bisa 100% lah ya, ada campur tangan Tuhan di sana. Tapi insya Allah kalaupun kena setelah di-vaksin, ya tidak akan separah kalau kenanya belum di-vaksin.
Mahal ya, tetapi jika dibandingkan dengan dapat infeksinya pada saat kita belum di-vaksin, konsekuensinya lebih berat dibanding besar uang yang harus kita keluarkan untuk vaksin.
Saya senang dengan permisalan suami, vaksin itu ibarat kunci mobil. Mobil sudah dikunci rapat masih sering ada yang kecurian. Apalagi kalau mobilnya tidak dikunci, semakin mudah untuk dicuri.
Peta di bawah ini menggambarkan daerah endemik di dunia. Merah = TBE tipe Timur, Kuning = Tipe Barat, Orange = kedua-duanya. Selain merah, orange, kuning = bukan daerah endemik.



Alhamdulillah Indonesia saat ini tidak termasuk daerah endemik TBE. Jadi tidak perlu vaksinasi TBE. Hanya nanti perlu dipertimbangkan jika hendak berkunjung, sekolah, kerja atau pindah ke daerah endemik terutama di bulan-bulan Mei-Juni (musim semi), September (musim gugur). Apalagi jika akan berinteraksi dengan alam, main di taman, rumput, hiking, dll. Sebelum berangkat ke luar negeri, sebaiknya konsultasikan kepada dokter mengenai vaksinasi ini.
.
Referensi : reisemed.at , wikipedia.org
.
Baca juga :

Share:

0 comments:

Post a Comment

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya