Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria

Ijin tinggal atau residence permit diperlukan ketika kita hendak tinggal di Austria selama

Beradaptasi dengan Day Care

Kolaborasi Orang tua, anak dan tim di masa awal menitipkan anak di daycare.

Mengenal kuman si biang penyakit

Apa itu patogen? Apa itu virulensi? Apa itu resistensi? Belajar tentang kuman yuk supaya kita tahu bagaimana mencegahnya

Dieser Sommerurlaub war....

abenteuerlich (adventurous)/anregend (stimulating)/ erstaunlich (amazing)/ ermüdend (tiring)/ bedrohlich (threatening

Toilet training untuk anak

Sharing pengalaman yuk bagaimana membuat si kecil supaya mau pergi ke toilet

Thursday 19 April 2018

PAUD berbasis Montessori di Austria

Saat kami berada di Austria, Aqila sempat merasakan playgrup dan TK di sana. Leoben, nama kota tempat kami tinggal di Austria. Di sana, semua playgrup dan TK berbasis Montessori, baik negeri maupun swasta. Ini salah satu yang membuat saya tertarik untuk memasukkan anak ke playgrup dan TK, karena saya penasaran (dan tentunya karena saya harus belajar Bahasa setempat, sehingga memerlukan assistance untuk Aqila).

Setelah melihat sendiri perkembangan positif pada anak teman saya setelah masuk ke PAUD Montessori itu, berkurang rasa khawatir dan bersalah saya akan memasukkan anak ke PAUD setempat. Meski tidak 100%, tapi sisa keraguannya, saya merasa harus membuktikannya sendiri. 

Tidak mudah untuk bisa terdaftar sebagai peserta playgrup, karena peminatnya banyak sekali sementara kuotanya terbatas, setiap grup maksimal hanya menampung 12 anak, meskipun biayanya terbilang mahal. Soal biaya, sebetulnya anak-anak di sana mendapatkan tunjangan dari pemerintah setiap bulan yang cukup untuk membiayai playgrup Montessori. Kebanyakan mereka yang dikirim ke playgrup karena kedua orang tuanya harus bekerja atau kursus Bahasa bagi orang asing, sementara tidak ada kerabat yang bisa menemani anaknya pada jam kerja atau kursusnya. Peserta yang diprioritaskan mendapat tempat di playgrup adalah anak yang berkebangsaan Austria atau anak asing yang lahir di Austria, baru jika masih ada tempat kosong, anak berkebangsaan asing yang tidak lahir di Austria. Itupun diprioritaskan berdasarkan usia, didulukan yang lebih tua, dengan asumsi semua ibu mendapat maternity leave selama 24 bulan. Aqila mendapat tempat setelah berada di antrian waiting list selama sekitar 4 bulan. Ini terbilang cepat.

Sementara untuk TK, cenderung semua anak mendapatkan tempat, mungkin karena kuotanya lebih besar, yaitu 24 anak untuk setiap grup dan grupnya ada banyak. Btw, biaya untuk TK ini unik. Karena pemerintah menganjurkan anak-anak usia 3 tahun untuk sudah masuk TK, pemerintah memberikan subsidi. Besarnya berdasarkan penghasilan orang tua. Mulai dari gratis hingga 300 euro per bulan. Tapi, pihak TK tidak tau menau urusan bayar membayar ini. Urusan ini hanya antara orang tua dan pemerintah kota. Orang tua menyetor bukti penghasilan dan mentransfer biayanya ke rekening pemerintah kota setiap bulan. Walhasil, baik yang kaya maupun kurang, semua anak diperlakukan sama di TK. 

Playgrup diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia kurang dari 3 tahun, sementara TK untuk anak-anak usia 3-6 tahun. Pengelompokkan grupnya berdasarkan usia dan berdasarkan lama waktu mereka berada di PAUD (half day atau full day). Di playgrup, hanya ada 2 grup, grup half day dan grup full day. Baik dari usia 1 tahunan sampai 3 tahun, semuanya digabung dalam 1 grup. Jadi yang membedakan grupnya hanya lama waktu, half day atau full day saja. Rata-rata usia anak termuda yang masuk ke sana berumur 16 bulan.

Di TK pun demikian. Ada 2 macam grup, grup half day dan grup full day, usia 3 sampai 6 tahun digabung dalam satu grup. Ternyata penggabungan usia muda dan yang lebih tua ini ke dalam satu grup juga dalam rangka mensukseskan prinsip Montessori itu sendiri, “help me to do it by myself”. Anak-anak yang lebih besar usianya, cenderung sudah memiliki kemampuan dasar lebih banyak dibanding yang lebih muda. Secara alami, yang muda akan meniru yang lebih besar, dan yang lebih besar belajar untuk membimbing yang lebih muda, layaknya mereka membimbing adik kandungnya di rumah.

Menarik untuk digali yaa. Bagaimana keseharian mereka di PAUD Montessori ini, besok lagi saya share ya. Tapi sebelumnya saya merasa perlu untuk membedah ruang-ruang dalam PAUD Montessori. Karena suksesnya pendidikan Montessori juga tidak lepas dari tools yang sudah mereka buat dan siapkan, termasuk lay out ruangannya, lho! InsyaAllah, saya post segera ya!

Aqila dan Temannya saat mengikuti Festival Musim Panas di Playgrup

Share:

Wednesday 24 January 2018

Rontgen untuk Mengonfirmasi Diagnosa Reflux dan Sinusitis

Hari ini saya datang ke praktek dokter Radiologi di Leoben sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh resepsionis. Beberapa hari yang lalu saya sudah ke sini untuk meminta jadwal  khusus untuk saya, "Termin" istilah yang dipakai di sini.



Dari luar, tempat praktek dokter Pelzmann ini tampak horor. Mungkin karena akses masuknya hanya berupa pintu besi bertuliskan Radiologie. Meskipun ruang prakteknya menempel dengan mall satu-satunya di kota ini. 


Pintu Masuk Praktek Dokter Radiologi



Namun begitu masuk ke dalam, kesan horor itu berubah. Di balik pintu besi itu ternyata persis layaknya klinik eksklusif. Meskipun hawa-hawa tegang di sana masih ada. Mungkin juga itu hanya perasaan saya yang berharap hasil rontgen baik-baik saja. 

Ruang Tunggu Pendaftaran

Resepsionis

Ruang Tunggu Rontgen


Saya ke sini atas rujukan dari dokter THT. Beliau perlu data radiologi saluran pernafasan saya untuk mengonfirmasi diagnosa Refluks yang bulan September lalu diberikan. Juga untuk melihat apakah ada kemungkinan lain yang mrmbuat saya kok langganan pilek tiap bulan, mungkinkah sinusitis?


Btw, saya pernah menulis tentang Refluks di sinidi sini dan di sini.


Saya menjalani dua metode rontgen. Yang pertama, rontgen saluran nafas atas untuk melihat potensi sinusitis. Saya hanya perlu berdiri di atas alat rontgen, menghadap depan, belakang, dan samping. Menggunakan apron untuk bagian pinggang ke bawah. Ini seperti proses rontgen pada umumnya. 



Metode rontgen yang kedua adalah untuk mengonfirmasi adanya Refluks. Masih menggunakan alat yang sama, namun selama proses rontgen, saya diminta sambil minum suatu cairan bernama Barium Contrast. Di ruangan radiologi saya ditemani oleh asisten, sementara dokter radiolog memantau dari ruang kaca di pojokan. Dokter memantau layar komputer yang merekam video radiologi proses yang terjadi selama saya minum. Setelah meminumnya, cairan ini akan terlihat berpendar di sepanjang saluran cerna saya dari hasil rontgen. Dokter akan melihat detail proses ketika cairan barium contrast ini saya minum, apa yang akan terjadi di pencernaan saya. Jika ada refluks, maka akan terlihat bagaimana barium contrast ini sulit tertelan hingga masuk ke lambung, dan setelah barium contrast mulai memasuki lambung, maka dia akan kembali lagi ke kerongkongan. Proses rontgen yang ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Selama itu saya diminta terus minum sambil berdiri dan berputar. Ada juga sesi ketika alat rontgen yang saya pijaki dan sandari bergerak naik dan miring hingga 90 derajat (menjadi posisi tidur).  serius ini asik hehe. Pada saat alat Rotngen mulai bergerak itu tangan saya harus terus disandarkan ke atas dengan tetap minum barium contrast terus menerus. Pada saat posisi badan saya sudah hampir horizontal (seperti orang tiduran) asisten memegangi cairannya dan saya meminumnya lewat sedotan. saya minum juga sambil berputar-putar saat tiduran. 


Akhirnya proses selesai.


Dokter menjelaskan diagnosa dari hasil rontgen. Kata dokter saya tidak mengalami sinusitis dan tidak terjadi refluks selama saya minum cairan tadi. Semuanya normal. Hanya di saluran nafas atas saya ada inflamasi. Sebuah inflamasi normal yang lusa akan ditangani oleh dokter THT saya. Artinya kemungkinan refluks yang selama ini terjadi adalah karena adanya gejala lain, misalnya seperti batuk, dsb. Dokter menjelaskan dengan tersenyum. Saya mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal.
Saya tidak menerima cetakan hasil rontgen. Hasil rontgen dikirimkan secara online oleh dokter radiolog langsung kepada dokter THT saya.

Bagi saya hasil rontgen ini adalah berita baik. Saya yakin saya tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagia saya di depan dokter waktu itu. Tapi yang beliau tidak tau, hati saya tersenyum lebih lebar daripada senyum di bibir saya. Barakallah.. Alhamdulillah. Alhamdulillahirobbil alamin.



Saya yang pernah didiagnosa GERD (Refluks) sebelumnya dan setiap bulan sekali berikutnya selalu merasakan gejala yang sama, hingga harus selalu bedrest selama beberapa hari, sekarang merasa seperti diberi kesempatan kedua oleh Allah. Kemarin itu seakan-akan seperti warning agar saya lebih bisa mendengarkan dan memahami kebutuhan raga ini. Hindari begadang, kelelahan, dan stress. Menjaga pola hidup dan pola makan yang sehat. Selalu positif dan bahagia. Sehat itu memang kekayaan yang nilainya tiada tara dan harus diperjuangkan.



Mudah-mudahan ikhtiar kita untuk menjaga kesehatan, diberkahi olehNya, dan rasa sakit yang pernah datang, menjadi penggugur dosa-dosa kita. Aamiin. 

Nama Dokter dan Jam Praktek
Alhamdulillah sudah lega

Share:

Disclaimer

Dear reader, Nothing is perfect, demikian juga konten di blog ini. Oleh karena itu, terimakasih untuk komentar, sharing, saran, kritik dan untuk kunjungannya ke blog saya, yang walaupun imperfect namun semoga bermanfaat. ♥ vidya ♥

Labels

Drop me a message

Name

Email *

Message *

Recent Posts

About me

Empat tahun mengenyam pendidikan S1 Sekolah Farmasi, saya melanjutkan Pendidikan Profesi Apoteker satu tahun. Alhamdulillah semuanya dilancarkan dan saya berkesempatan berkarya di dunia industri kosmetik setelah saya lulus Pendidikan Profesi. Tiga tahun berkiprah di dunia itu, saya memutuskan berhenti sementara dari dunia karir demi berkumpul dengan keluarga kecil di Leoben, Austria

Saya mengenal blog semenjak kuliah profesi. Saya memiliki blog pribadi dan bergabung menjadi author di www.apotekerbercerita.com. Sebelumnya saya hanya menumpahkan isi pikiran di diary. Namun saya baru menyadari kecintaan menulis justru setelah berada di Austria. Dengan menulis saya banyak membaca dan belajar, mengingat, belajar berkomunikasi, belajar bertanggung jawab dan akhirnya saya mengijinkan diri saya sedikit berbangga dan bahagia meskipun mungkin menurut orang itu biasa saja hihi. Saya merasa ada yang terobati setiap bisa menyelesaikan satu judul tulisan. Maka saya pikir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Terimakasih kepada siapa saja yang sudah berkunjung, selamat membaca dan semoga konten webblog ini bisa bermanfaat.

Salam hangat,

Vidya